Rabu, 26 Oktober 2016

Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan sifat yang dianut oleh suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.
Hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan menjadi sangat peting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara fisafat, fisafat pendidikan dan pengalaman manusia.
Filsafat itu menetapkan ide-ide dan idealisme, sedangkan penididikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia. Kilpatrik mengatakan berfilsafat dan mendidik merupakan dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam kehidupan, dan kepribadian manusia. Mendidik adalah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dari generasi muda, untuk membimbing rakyat, membina nilai-nilai dalam kepribadian mereka, demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannya  dalam kehidupan mereka.
Bruner dan Burns dalam bukunya pronlems is education and Phylosophy mengatakan secara tegas bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing kearah kebijaksanaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah realisasi dari ide-ide filsafat, filsafat memberi asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas pendidikan. Jadi filsafat mendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.
Dari uraian diatas dapat diperoleh Hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan sebagai berikut:
·         Fisafat, dalam arti filosofis, merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
·         Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
·         Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyaifungsi utuk memberikan petunjkuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (pedagogik).

Aliran filsafat yang langsung berpengaruh terhadap filsafat pendidikan

Tanpa kita sadari, setiap orang memiliki filsafat hidup sendiri. Yang dimaksud filsafat hidup adalah keyakinan seseorang mengenai jalan hidup dan cita-cita. Filsafat itu sangat berpengaruh atau berdampak penting terhadap filsafat pendidikan yang dipilihnya. Bagi guru, selain memiliki filsafat hidup, juga memiliki filsafat pendidikan, sehingga kedua filsafat itu saling berhubungan erat.  Bila filsafat umum menganalisis persolan kehidupan, maka filsafat pendidikan menganalisis persolan pendidikan persekolahan. Menrut Ellis (1981) “ guru dalam setiap hari dihadapi pada persoalan pendidikan yang memerlukan analisis secara filsafat”. Pengalaman seseorang dalam sepanjang hidupnya dapat membentuk sikap hidup dan hal itu erat kaitannya dengan filsafat pendidikan yang dipilihnya.
Berdasarkan literatur bahwa ada lima aliran filsafat mempengaruhi filsafat pendidikan, yaitu idealisme, realisme, neo thomisme, pragmatisme, dan eksistensialisme.
a.      Idealisme : sumber moral dan spiritual atua jiwa. Kebenaran / nilai bersifat universal dan mutlak. Pengetahuan telah ada dalam jiwa, dan kita tinggal membawanya ketingkat kesadaran, sehingga mengungkap kembali pikiran.
b.      Realisme : realitas dunia bersifat alami. Realitas dunia bersifat apa adanya.
c.       Neo Thomisme : dunia atau manusia merupakan ciptaan tuhan, sehingga memahaminya memerlukan keimanan. Tuhan merupakan sumber kebenaran mutlak.
d.      Pragmatisme : realitas bersifat tidak tetap (berubah), sehingga dalam memahaminya dibutuhkan pengalaman. Yang dapat diamati dan yang dialami adalah yang benar-benar nyata/ kenyataan hakiki.
e.      Eksistensialisme : masalah pokok manusia adalah kemampuan menanggulangi eksistensinya. Manusia harus mampu bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya.

Daftar pustaka:     
  
Komar Oong. 2006. Pendidikan filsafat nonformal. Bandung:  Pustaka Setia
Jalaludin dan idi Abdullah. 2012. FILSAFAT PENDIDIKAN Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada


Tidak ada komentar:

Posting Komentar