A. Pengertian Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi
Ontologi berarti
limu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan bagimana keadaan yang sebenarnya,
apakah hakikat dibalik alam nyata ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala
sesuatu dari alam nyata yang sangat terbatas bagi panca indra kita. Bagaimna realita
yang ada ini, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap,
kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua
unsur (dualisme), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).
Epistemologi adalah pengetahuan
yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
Menurut Epistemologi, setiap pengetshusn manusia merupakan hasil dari
pemeriksaan dan penyelidikan bendahingga akhirnya diketahui manusia (salam,
1988 : 19). Epistemologi membahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas dan
hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia
memberikan kebenaran kepada murid-muridnya. (Muhammad Noor Syam, 1986 : 32)
Sedangkan Akaiologi menyangkut
nilai-nilai yang berupa pertanyan apakah yang baik atau yang bagus itu. Dalam
definis lain, Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk
selanjutnya, nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak. (Muhammad
Noor Syam, 1986 :95)
B. TEORI
KEBENARAN MENURUT PANDANGAN FILSAFAT DALAM BIDANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN
AKSIOLOGI
1. Ontologi
Ontologi sering diidentikan
dengan metafisika, yang juga disebut sebagai proto-filsafat atau filsafat yang
pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu,
keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala
sifatnya, malaikat, relasi atau segala sesuatu yang ada dibumi dengan
tenaga-tenaga yang dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga.
Persoalan tentang ontologi
ini menjadi pembahasan utama dibidang filsafat, baik filsafat kuno maupun
modern. Ontologi ini adalah cabang filsafat yang membahas realitas. Realitas
adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran. Bedanya,
realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: Apakah
sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini? Apakah realitas yang tampak ini
sesuatu realita materi saja? Adakah sesuatu dibalik realita itu? Apakah realita
ini terdiri dari satu unsur (monoisme), dua unsur (dualisme), atau serba banyak
(pluralisme).
Plato mengatakan jika
berada didalam gua, dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima
pancaindra kita tampaknya cukup nyata. Binatang, tumbuhan, batu, air, bulan,
bintang dan semua yang ada adalah semata-mata dunia bayangan atau dunia tiruan
dari dunia nyata, yang sejati adalah dunia ide murni, yang dibalik dunia
sekarang, yang kita hayati, dengar, lihat, raba, dan rasakan.
Didalam pendidikan,
pandangan ontologi secara praktis akan menjadi masalah yang utama. Sebab, anak
bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kkuat untuk mengerti
sesuatu. Membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran
tentang kebenaran yang berpangkal atas realita ini merupakan tahap pertama
sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya, potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti
kebenaran itu telah dibina. Disini,
kewajiban pendidik atau guru ialah membina daya pikir yang tinggi dan kritis.
2. Epistemologi
Istilah epistemologi
pertama kali dipakai oleh L.F Ferier pada abad ke-19 di Institut Of Metaphisics
(1854). Dalam Encyclopedia of philoshopy, epistemologi didefinisikan sebagai
cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup
pengetahuan praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan
pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika materiil
atau logika mayor yang membahas dari sisi pikiran manusia, yakni pengetahuan
(Dardini, 1986 : 18). Sementara itu, Brameld mendefinisikan epidtemologi dengan
“ it is epistemology that gives the teacher the assurance that he is conveying
the truth to his student”. Maksudnya, episremologi memberikan kepercayaan dan
jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya. Epistimologi
adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui benda-benda.
3. Aksiologi
Menurut Brameld, ada tiga
bagian yang membedakan didalam aksiologi. Pertama, moral conduct, tindakan
moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Kedua, esthetic
expression, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga, socio-political
life, kehidupan sosio- politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sisio-
politik (Muhammad Noor Syam, 1986 : 34-36).
Nilai dan implikasi
aksiologi didalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut didalam keidupan manusia dan membinanya didalam
kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah
hal yang mudah. Apalagi menilai secara
mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin
dan idi Abdullah. 2012. FILSAFAT PENDIDIKAN Manusia, Filsafat, dan Pendidikan.
Jakarta : Rajagrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar