Penelaahan tentang Allah dalam
filsafat lazimnya disebut teologi
filosofi. Hal
ini bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam
semesta, yakni makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata
sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya
bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise. Jadi
pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para
agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk
membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat
lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka para filsuf mendefinisikannya
sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan
gambaran Allah melalui sekitar diri kita.
Studi tentang
Allah dan Kepercayaan
Ide tentang Allah pada orang
beragama secara umum biasanya
dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang Maha Tinggi" (Anselmus
mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih besar dari padanya tidak
dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Baik dan
sebagainya. Menurut Anselmus,
ajaran-ajaran kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan
otoritas lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja). Bahkan ia bisa menjelaskan eksistensi
Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh mereka yang
tidak beriman. Eksistensi Allah
dimulai dari pikiran manusia yang menerima begitu saja ajaran agama, namun juga
menanyakannya dari siapa dan mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri
bisa diterima adanya.
Beberapa
sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
·
Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran
turun-temurun dari para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan
tanpa bertanya.
·
Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada? Mengapa alam ada?
·
Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan
mengapa Dia ada?
Semua jawaban itu akan dijawab
oleh para ahli dalam bidang yang disebut teologi; theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan
ciptaan dengan Allah. Jawaban-jawabannya
bisa sangat beragam, tergantung agama dan kepercayaan yang mana yang
memberikan jawaban. Namun
setidaknya ada beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:
- Allah ada,
dan adanya Allah itu dapat dibuktikan secara rasional juga; - Allah ada, tetapi
tidak dapat dibuktikan adanya; - tidak dapat diketahui apakah Allah benar-benar
ada; - Allah tidak ada, dan ketentuan ini dapat dibuktikan juga.
Oleh karena
itu filsafat berusaha membuktikan keyakinan-keyakinan manusia itu melalui
berbagai jalan; metafisika, empirisme, rasionalisme, positivisme, spiritualisme dll.
Sumber : Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar