1. Ontologi
Ontologi sering diidentikan dengan
metafisika, yang juga disebut sebagai proto-filsafat atau filsafat yang
pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah hakikat sesuatu,
keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala
sifatnya, malaikat, relasi atau segala sesuatu yang ada dibumi dengan
tenaga-tenaga yang dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga.
Persoalan tentang ontologi ini menjadi
pembahasan utama dibidang filsafat, baik filsafat kuno maupun modern. Ontologi
ini adalah cabang filsafat yang membahas realitas. Realitas adalah kenyataan
yang selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran. Bedanya, realitas dalam
ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: Apakah sesungguhnya hakikat
realitas yang ada ini? Apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita materi
saja? Adakah sesuatu dibalik realita itu? Apakah realita ini terdiri dari satu
unsur (monoisme), dua unsur (dualisme), atau serba banyak (pluralisme).
Plato mengatakan jika berada didalam
gua, dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima pancaindra kita
tampaknya cukup nyata. Binatang, tumbuhan, batu, air, bulan, bintang dan semua
yang ada adalah semata-mata dunia bayangan atau dunia tiruan dari dunia nyata,
yang sejati adalah dunia ide murni, yang dibalik dunia sekarang, yang kita
hayati, dengar, lihat, raba, dan rasakan.
Didalam pendidikan, pandangan ontologi
secara praktis akan menjadi masalah yang utama. Sebab, anak bergaul dengan
lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kkuat untuk mengerti sesuatu.
Membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang
kebenaran yang berpangkal atas realita ini merupakan tahap pertama sebagai
stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya, potensi
berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran itu telah dibina.
Disini, kewajiban pendidik atau guru ialah membina daya pikir yang tinggi dan
kritis.
2. Epistemologi
Istilah epistemologi pertama kali
dipakai oleh L.F Ferier pada abad ke-19 di Institut Of Metaphisics (1854).
Dalam Encyclopedia of philoshopy, epistemologi didefinisikan sebagai cabang
filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan
praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan pengetahuan
sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika materiil atau logika
mayor yang membahas dari sisi pikiran manusia, yakni pengetahuan (Dardini, 1986
: 18). Sementara itu, Brameld mendefinisikan epidtemologi dengan “ it is
epistemology that gives the teacher the assurance that he is conveying the
truth to his student”. Maksudnya, episremologi memberikan kepercayaan dan
jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.
Epistimologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui
benda-benda.
3. Aksiologi
Menurut Brameld, ada tiga bagian yang
membedakan didalam aksiologi. Pertama, moral conduct, tindakan moral. Bidang
ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Kedua, esthetic expression,
ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life,
kehidupan sosio- politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sisio- politik
(Muhammad Noor Syam, 1986 : 34-36).
Nilai dan implikasi aksiologi didalam
pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut
didalam keidupan manusia dan membinanya didalam kepribadian anak. Karena untuk
mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi
menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin dan idi
Abdullah. 2012. FILSAFAT PENDIDIKAN Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta
: Rajagrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar