Zat Tuhan masih menjadi misteri yang
belum dapat ditemukan secara pasti. Berbagai ajaran agama, khususnya Islam,
menjelaskan eksistensi Tuhan hanya dapat dicerna dalam bentuk sifat wujud
Tuhan. Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidak memiliki sifat.
Tuhan mengetahui melalui perantara
pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri yaitu zat atau esensi
Tuhan. Golongan Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan memiliki sifat. Sifat-sifat
itu tidak sama dengan esensi Tuhan tapi berwujud dalam esensi itu sendiri. Nabi
Muhammad melarang orang-orang beriman untuk memikirkan Tuhan. Ia bersabda:
berpikirlah ciptaan Tuhan dan janganlah berfikir tentang Zat Tuhan. Dari segi
Diri-Nya, Zat Tuhan tidak mempunyai nama, karena Zat itu bukanlah lokus efek
dan bukan pula diketahui oleh siapa pun.
Ada sebuah pendekatan yang dinamakan
teologi apofitik yaitu teologi yang tidak mengetahui, yang melukiskan
pengalaman transenden tentang Tuhan dalam cinta sebagai suatu mengetahui dengan
tidak mengetahui dan suatu melihat yang bukan melihat. Teologi apofatik
menegaskan kemustahilan pengetahuan manusia tentang Tuhan seagaimana Dia pada
diri-Nya, Tuhan yang sebenarnya.
Model teologi ini (teologi apofitik atau
mistisisme apofitik) adalah cara berfikir atau aktifitas mental yang digunakan
oleh banyak mistikus atau sufi untuk menempuh perjalanan menuju Tuhan dan
sekaligus untuk menyuarakan protes terhadap kelancangan dan keangkuhan para
teolog dan filosof yang menganggap bahwa mereka mempunyai konsep, ide, atau
gagasan tentang Tuhan sebagaimana Dia pada diri-Nya.
Teologi apofitik adalah peringatan bagi
hamba yang mereduksi Tuhan menjadi sesuatu yang rasional belaka. Teologi ini
menolak bentuk Tuhan yang dicocokkan dengan kotak akalnya. Juga menyalahkan
hamba yang mempercayai Tuhan dalam bentuk lain dan tidak menerima apapun
sebagai kebenaran jika bertentangan dengan akalnya.
28 Januari 2015 14:14:54
Diperbarui: 17 Juni 2015 12:14:39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar