Sabtu, 31 Desember 2016

gabungan tugas mata kuliah filsafat (UAS FILSAFAT)


v  DEFINISI FILSAFAT
filsafat merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang bersifat menyeluruh tentang manusia, alam, dan Tuhan untuk sampai kepada hal yang sangat detail dan mendasar. Filsafat itu ilmu yang mempelajari   seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. filsafat tidak menggunakan dasar secara empiris atau tidak berdasar pada pengalaman Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Dengan berfilsafat kita dapat mendalami ilmu melalui pertanyaan yang tidak ada batasnya. Berfilsafat juga dapat membuat pengetahuan kita semakin bertambah, karena filsafat itu selalu mencari tahu dan mencari kebenaran sehingga kita mendapat banyak pengetahuan.
Istilah "filsafat" juga dapat ditinjau dari dua segi, yakni: 
1.      Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Definisi Filsafat menurut para ahli:
1.       Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Immanuel Kant (1724 -1804):  ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan: 1) apakah yang dapat kita kerjakan (jawabannya metafisika) 2)apakah yang seharusnya kita kerjakan (etika) 3) sampai di manakah harapan kita (agama) 4) apakah yang dinamakan manusia (antropologi). Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada (Plato). Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (Aristoteles).
v IMMANUEL KANT
Mengenai empat persoalan dalam pokok pemikiran Immanuel Kant ini akan dibahas secara detail. yaitu:
Yang pertama. Apakah yang dapat kita kerjakan???
Pada Kant metafisika dipahami sebagai suatu ilmu tentang batas-batas rasionalitas manusia. Metafisika tidak lagi hendak menyibak dan mengupas prinsip mendasar segala yang ada tetapi metafisika hendak pertama-tama menyelidiki manusia (human faculties) sebagai subjek pengetahuan. Disiplin metafisika selama ini yang mengandaikan adanya korespondensi pikiran dan realitas hingga menafikkan keterbatasan realitas manusia pada akhirnya direvolusi total oleh Kant. Dalam diri manusia, menurut Kant, ada fakultas yang berperan dalam menghasilkan pengetahuan yaitu sensibilitas yang berperan dalam menerima berbagai kesan inderawai yang tertata dalam ruang dan waktu dan understanding yang memiliki kategori-kategori yang mengatur dan menyatukan kesan-kesan inderawi menjadi pengetahuan.  pada Kant, hakikat realitas itu sebenarnya tidak pernah sungguh-sungguh diketahui (misalnya Tuhan itu sesungguhnya apa? Dunia itu apa?). yang diketahui adalah gejalahnya, fenomenanya (relitas sebagaimana penampakkannya), sejauh saya melihatnya (das ding fur mich). Di sini Kant tidak melegitimasi kemampuan akal budi manusia memahami esensi sebuah realitas tetapi memahami bahwa akal budi manusia terbatas dalam memeperoleh pengetahuan dibalik segala penampakan.

Rabu, 14 Desember 2016

Fungsi bahasa





Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

Walaupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
a. koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat,
b. penetapan pemikiran dan pengungkapan,
c. penyampaian pikiran dan perasaan,
d. penyenangan jiwa, serta
e. pengurangan kegoncangan jiwa.

Menurut Halliday, sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah:

Sarana Ilmiah




Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memerhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernapas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dengan yang lainnya. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens sebab dalam kegiatan berpikir manusia mempergunakan simbol.

sertifikat seminar


Selasa, 13 Desember 2016

Kajian Filsafati Dasar-dasar ilmu pengetahuan


Pengertian ilmu pengetahuan secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan pengetahuan (ilmiah) yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran (ilmiah) dan sedapat mungkin untuk mencapai kebahagiaan umat manusia.
Jenis dari ilmu pengetuan adalah sistemnya.Pembedanya adalah kumpulan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran dan sedapat mungkin untuk kebahagiaan umat manusia.
Ilmu pengetahuan ditinjau dari unsur unsurnya, yaitu berupa:
a. Sistem
b. Pengetahuan (ilmiah)
c. Kebenaran
d. Kebahagiaan umat manusia
Jadi segi statika ilmu pengetahuan adalah:
Suatu sistem tertentu yang berupa pengetahuan (ilmiah).
Sedang segi dinamika ilmu pengetahuan adalah:
1. Suatu usaha terus menerus untuk mencapai kebenaran ilmiah.
2. Kebahagiaan umat manusia.
Jadi bila orang menggunakan istilah dasar dasar yang statik dari ilmu pengetahuan, maka seakan akan orang terpaku perhatiannya pada suatu kerangka dasar yang mau tidak mau harus dibuktikan dalam melakukan kegiatan ilmiah.

Kajian Filsafati tentang Arah dan strategi perkembangan ilmu pengetahuan


Bukan hal yang ajaib bila berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang sekarang dikenal orang berasal dari kebudayaan Yunani Kuno. Ilmu pengetahuan dimulai dari filsafat, nyaris sebagai satu satunya ilmu di masa itu untuk kemudian berangsur-angsur menelorkan percabangan dan perantingan keilmuan lebih jauh. Meskipun demikian, jika sejarah ilmu itu ditelusuri sesuai dengan akar katanya, maka akan diketahui bahwa ilmu sudah tumbuh jauh sebelum para pemikir Yunani mengenalnya. Usaha mula mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, di mana banjir sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri, dan kegiatan survey.
Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh bangsa Babylonia dan Hindu yang memberikan sumbangan-sumbangan berharga meskipun tidak seintensif kegiatan bangsa Mesir. Setelah itu muncul bangsa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu. Bangsa Yunani dapat dianggap sebagai perintis dalam mendekati perkembangan ilmu secara sistematis. Sejalan dengan hal di atas, maka arah dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah sbb.:
1. Ilmu berkembang dari keadaan bersatu menuju keadaan yang banyak atau terspesialisasi.
 Dari aspek ini dinyatakan, bahwa tidak ada ilmu pengetahuan pada umumnya, yang ada hanyalah ilmu konkrit. Perkembangan seperti ini ternyata tidak dapat dielakkan, sehingga ilmu dalam perkebangannya menuju ke arah spesialisasi. Spesialisasi dimungkinkan oleh karena manusia dapat menelaah satu aspek saja pada satu soal, terutama pada tahapan analisis.

Persamaan dan Perbedaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

 Adapun Persamaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan adalah:
1). Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2). Kedua-duanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang dialami, serta menunjukkan sebab-sebabnya.
3). Keduanya hendak memberikan sintesis, yakni suatu pandangan yang begandengan.
4). Keduanya mempunyai metode dan system.
5). Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya yang timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
            Sedangkan Perbedaannya antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan adalah:
1). Objek material (lapangan) penyelidikan filsafat bersifat umum (universal), yakni segala sesuatu yang ada, sedangkan objek material ilmu pengetahuan adalah bersifat khusus dan empiris.
2). Objek formal filsafat bersifat non fragmentaris, sebab mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada secara luar, mendalam, dan mendasar (sampai pada hakekat). Sedang ilmu pengetahuan objek formalnya bersifat pragmentaris, spesifik, dan intensif, juga bersifat teknis, artinya bahwa idea idea manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.

Ciri ciri utama ilmu pengetahuan sesuai dengen terminologinya


1). Ilmu pengetahuan adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, epiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Hal ini beda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan pengahayatan serta pengalaman pribadi.
2). Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, melainkan ilmu pengetahuanmenandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (alam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis. Oleh sebab itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmupengetahuan.
3). Ilmu pengetahuan  tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing masing penalaran perorangan, sebab ilmu pengetahuan dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4). Berkaitan dengan konsep ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode metode yang berhasil dan hasil hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
5). Ciri hakiki dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah.
Setelah dipahami pengertian Filsafat, pengertian Ilmu pengetahuan, dan pengertian Pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa Filsafat Ilmu pengetahuan adalah kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, sehingga filsafat ilmupengetahuan dapat menjawab beberapa persoalan, seperti:

a. Persoalan dalam landasan dimensi Ontologis:
Artinya: persoalan tentang Objek apa yang ditelaah ?, Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ?, Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang menghasilkan ilmu ? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang bidang ilmu.

Filsafat Ilmu pengetahuan.


Untuk memahami pengertian tentang filsafat ilmu pengetahuan, akan dibahas terlebih dahulu pengertian filsafat dalam arti terminologinya. Pengertian filsafat sesuai dengan terminologinya yaitu:
a.                    Filsafat adalah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
b.                   Filsafat adalah upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
c.                     Filsafat adalah untuk menentukan batas batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
d.                   dFilsafat adalah penyelidikan kritis atas pengandaian pengandaian dan pernyataan pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
e.                     Filsafat adalah berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.
Jadi, pengertian filsafat secara terminologinya di atas sangat beragam baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya. Bahkan Mohammad Hatta seorang ahli filafat Indenesia, dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Hal ini bisa dimengerti, karena intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan pada definisi. Namun definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan, karena untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama terkait dengan filsafat ilmu 
Berikut akan dibahas tentang pengertian ilmu pengetahuan. Secara etimologis bahwa ilmu dalam bahasa Inggris adalah science, yaitu berasal dari bahasa Latin: scientia artinya pengetahuan, dan scire artinya mengetahuai, dan sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme. Sedangkan ilmu yang berasal dari bahasa Arab adalah: ‘alima, ya’lamu, dan ‘ilman, kesemua itu artinya mengerti dan memahami benar benar.

Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu



Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik dalam menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab musabab pertama dari gejala ilmu pengetahuan. Di dalamnya mencakup paham tentang kepastian , kebenaran, dan obyektifitas. Cara kerjanya bertitik tolak pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya masing-masing disinilah akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu.

Problema Filsafat Ilmu



Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Untuk Telaah tentang problema substansi Filsafat Ilmu, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.

Permasalahan atau problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa yang terjadi’ – eksistensi suatu entitas) Kedua, Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan – metoda untuk menghasilkan kebenaran) Ketiga, Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam peradaban manusia. Ketiganya digunakan sebagai landasan penelaahan ilmu

Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu



Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.

Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.

Senin, 12 Desember 2016

Ciri-ciri Pemikiran Filsafat



Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut :
1.     Sangat umun atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
2.     Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual aalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
3.     Bersangkutan dengan nilai

FILOSOFI HIDUP: MENULIS DIATAS PASIR

Sebuah filosofi hidup: menulis diatas pasir itu mudah. Tinggal ambil ranting kemudian buatlah sebuah tulisan. Anda bisa menulis sesuatu yang indah. Bahkan bukan hanya tulisan, istana pasir pun bisa dibuat dengan mudah.
Tahukah Anda, ada sesuatu dibalik kemudahan itu. Menulis diatas pasir memang mudah, tetapi mudah juga terhapus. Sapuan ombak lain, langsung menghapus tulisan indah yang sudah dibuat. Bahkan angin pun bisa menghapusnya.
Apa hikmahnya filosofi hidup ini?
Usaha dan hasil selalu berbanding lurus. Kita tidak bisa bermimpi untuk mendapatkan hasil yang bagus atau hebat tetapi dengan cara yang mudah. Untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, tentu diperlukan usaha yang lebih besar.
Untuk memilih profesi, mana yang Anda pilih yang sulit atau yang mudah? Semakin sulit sebuah profesi, imbalannya yang semakin besar. Jika Anda berharap mendapatkan profesi mudah dengan penghasilan besar, mungkin Anda hanya mimpi. Jika ada, artinya Anda hanya “diberi” bukan imbalan. Namun siapa yang mau memberi? Mungkin orang tua Anda atau sudara Anda. Tapi seberapa banyak orang yang seberuntung itu?

Makna Filsafat Sebagai Cara Berfikir


Filsafat Sebagai Cara Berpikir

Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai pada hakikat atau berpikir secara global, menyeluruh atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berfilsafat sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan harus memenuhi persyaratan berikut :

Sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional dan sistematis, yang masing-masing unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam keseluruhan. Sistematika pemikiran seorang filosof banyak dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendidikan dan sistem pemikiran yang mempengaruhi.

Konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide yang melekat pada akal pikiran seorang ilmuan atau intelektual. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya, sehingga maksud dari konsepsional tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagian yang terkonsepsi, karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan prosesnya.

Koheren

Pemetaan Pemikiran Islam Kontemporer Di Indonesia


Munculnya fenomena paham keislaman yang amat beragam, tentunya memilki latar belakang kemunculannya , batasan dan ciri-ciri dari masing-masing gerakan pemikiran Islam yang muncul di Indonesia. Masing-masing mempunyai corak dan wajah yang cukup beragama. Berikut ini dikemukakan diantara corak pemikiran gerakan Islam kontemporer.
1. Islam Fundamentalis
Istilah Islam fundamentalis dapat dimaknai Islam yang dalam pemahaman dan prakteknya bertumpu pada ha-hal yang bersifat asasi atau mendasar. Pemahaman secara kebahasaan yang demikian ini mengandung pengertian, bahwa yang dimaksutkan Islam fundamentalis adalah gerakan atau paham yang bertumpu pada ajaran mendasar dalam Islam, teutama terkait dengan rukun Islam dan Iman. Apabila diltinjau dari segi kebahasaan ini, maka semua aliran atau paham yang menjadikan rukun Iman dan Islam sebagai ajaran utama, maka mereka termasuk pada kelompok ini. Bahkan tiga aliran besar di dunia, seperti Sunni, Syi’ah dan Ahmadiyah juga menjadikan ajaran tersebut sebagai dasar pijakan dalam beragama. Disamping itu dalam konteks Indonesia, dua paham keagamaan terbesar, seperti NU dan Muhammadiyah pun juga termasuk dalam pengertian kebahasaan ini. Namun, persoalannya tidak semudah itu untuk memasukkan beberapa kelompok paham keagamaan dalam Islam fundamentalis, karena harus dilihat ciri-ciri dan ajaran pokok dalam gerakannya.

Objektivitas,Apologi dan filosofi


Teladan dari Nabi Muhammad SAW


Semua manusia yang hidup di zaman ini,tidak lebih hebat dan lebih baik bila dibandingkan dengan manusia di zaman dahulu,kita melihat nabi-nabi atau utusan Allah,mereka telah diperlengkapi dengan Ruh Qudus,mukzizat atas seizin Allah,dan mempunyai kharisma diri untuk memimpin umat ataupun menegur umat yang mendustakan kebenaran Allah

begitu pula Nabi Muhammad,Penerima dan pendiri agama Islam dari sisi kehidupan beliau,bila kita membaca dari sumber netral,ada hal-hal yang fantastis yang mengisi hidupnya baik dari segi jasmani maupun spiritual,
hal-hal fantastis inilah yang dilihat ada unsur ghoib yang berperan didalamnya,dalam keadaan baik maupun dalam keadaan terdesak(berperang) unsur-unsur ghoib ini seolah-olah mengikuti(menyertai) dan menjamin keselamatannya
perbedaan kualitas diri inilah yang patut di telaah lagi oleh daya pikir kita sekarang ini,bahwa kita harus mengambil sikap teladan baik mereka dalam mengambil keputusan dan dalam melakukan tindakan segala hal
Ruh Qudus(muslim=malaikat gabriel) ;(Kristen=Roh Kebenaran) menyertai orang-orang tertentu yang dipilihnya
itu adalah kuncinya,dalam segala hal kita harus menyertakan Ruh Kebenaran yang ada didalam hati kita untuk menilai segala sesuatu,
dizaman ini sangat sukar apabila kita diperkuat oleh Ruh Qudus(meskipun bisa) karena berbagai kegiatan,pekerjaan atau kesenangan kita yang membuat kita jauh dari Ruh Qudus

Filsafat Mulla Sadra


Dalam bagian pendahuluan kitab Al-Asfar, Mulla Shadra menyesalkan sikap berpaling masyarakat Muslim dari studi filsafat. Padahal, prinsip-prinsip filsafat yang dipadukan dengan kebenaran wahyu Nabi adalah cermin nilai kebenaran tertinggi.
Menurutnya, keharmonisan itu menunjukkan kebenaaran tunggal yang dibawa
oleh Adam. Dari Adam, kebenaran ini diturunkan kepada Ibrahim, kemudian para filosof Yunani, lalu para sufi, dan akhirnya, para filosof pada umumnya. Orang-orang Yunani, tulisannya, semula menjadi penyembah binatang. Akan tetapi, dalam perjalanannya, mereka mengambil filsafat dan teologi dari Ibrahim.
Dalm konteks ini, Mulla Shadra membedakan dua kategori filosof Yunani kuno. Kategori pertama dimulai oleh Thales dan berakhir pada Socrates dan Plato. Dan kategori kedua dimulai oleh Pythagoras yang menerima filsafat dari sulaiman dan para rahib Mesir-seperti yang terungkap dari banyak catatan sejarah filsafat Arab. Di antara "tiang-tiang filsafat", Mulla Shadra menyebut nama Empedocles, Pythagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles, sedangkan mengenai hubungan Plotinus-yang dijulukinya dengan guru Yunani dan acp disebutnya dengan rasa hormat dengan Plato dan Aristoteles, Mulla Shadra, seperti kebanyakan filosof Muslim lainnya, samasekali berskap diam. Semua "tiang filsafat" Yunani  yang disebutkan di atas, menurut Mulla Shadra, menerima "cahaya Hikmah" dari "mercusuar kenabian".

Filsafat Ibnu Rusyd


Pembicaraan falsafah Ibnu Rusyd banyak tertumpu pada persoalan yang berkaitan dengan metafizik, terutamanya ketuhanan. Beliau telah mengemukakan idea yang bernas lagi jelas, dan melakukan pembaharuan semasa membuat huraianya mengenai perkara tersebut. Pembaharuan ini dapat dilihat juga dalam bidang perubatan apabila Ibnu Rusyd memberi penekanan tentang kepentingan menjaga kesihatan.
Beberapa pandangan yang dikemukakan dalam bidang perubatan juga didapati mendahului zamannya. Beliau pernah menyatakan bahawa demam campak hanya akan dialami oleh setiap orang sekali sahaja. Kehebatannya dalam bidang perubahan tidak berlegar di sekitar perubatan umum, tetapi juga merangkum pembedahan dan fungsi organ di dalam tubuh manusia. Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Ibnu Rusyd turut menjangkau bidang yang berkaitan dengan kemasyarakatan apabila beliau cuba membuat pembahagian masyarakat itu kepada dua golongan iaitu golongan elit yang terdiri daripada ahli falsafah dan masyarakat awam.

Filsafat Ibnu Maskawaih


a.      Hikmah dan Falsafah
Maskawaih membedakan antara pengertian hikmah (kebijaksanaan , wisdom) dan falsafah (filsafat). Menurutnya, hikmah adalah keutamaan jiwa yang cerdas (aqilah) yang mampu membeda-bedakan (Mumayyis). Hikmah adalah bahwa engkau mengetahui segala yang ada (Al-Maujudat) atau engkau mengetahui perkara-perkara ilahiah (ketuhanan) dan perkara-perkara insaniah (kemanusiaan), dan hasil dari pengetahuan engkau mengetahui kebenaran-kebenaran sepiritual (ma’qulat) dapat membedakan mana yang wajib dilakukan dan mana yang wajib ditinggalkan.
Maskawaih membagi filsafat menjadi dua bagian : bagian teori dan bagian praktis. Bagian teori merupakan kesempurnaan manusia yang mengisi potensinya untuk dapat mengetahui segala sesuatu, hingga dengan kesempurnaan ilmunya itu pikirannya benar. Sedangkan bagian praktis merupakan kesempurnaan manusia yang mengisi potensinya untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan moral. Jika manusia memiliki dua bagian filsafat, yang teoritis dan yang praktis tersebut, maka ia telah memperoleh kebahagiaan yang sempurna.
b.      Metafisika
Metafisika Maskawaih mencakup pembahasan tentang bukti adanya Tuhan pencipta, jiwa dan kenabian (nubuwah). Sejarah lengkap metafisika Maskawaih dituangkan dalam kitabnya Al-Fauz Al Ashghar.
·         Bukti-bukti adanya Tuhan pencipta

Filsafat hidup Rasulullah

Filsafat hidup Rasulullah adalah sebagai berikut :
2.1.   Sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat kepada Orang lain
 Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat. “Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah menjawab: Yang artinya: “Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain”.
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.

Filsafat Ar-Razi


Al-Razi dikenal dengan ajaran “Lima Kekal”, yaitu:
·         al-Bari Ta’ala (Allah): hidup dan aktif (dengan sifat independent).
·         al-Nafs al-Kulliyyah (jiwa universal): hidup dan aktif dan menjadi al-mabda` alqadim al-tsani (sumber kekal kedua). Hidup dan aktifnya bersifat dependent. Al-Nafs al-Kulliyyah tidak berbentuk. Namun karena punya naluri untuk bersatu dengan al-Hayula al-Ula, maka al-Nafs al-Kulliyyah memiliki zat yang berbentuk (form) sehingga bisa menerima sekaligus menjadi sumber penciptaan benda-benda alam semesta, termasuk badan manusia. Ketika masuk pada benda-benda itulah, Allah menciptakan ruh untuk menempati benda-benda alam dan badan manusia di mana jiwa (parsial) melampiaskan kesenangannya. Oleh karena semakin lama jiwa bisa terlena pada kejahatan, Allah kemudian menciptakan akal untuk menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik tersebut.
·         al-Hayula al-Ula (materi pertama): tidak hidup dan pasif. Al-Hayula al-Ula adalah substansi (jauhar) yang kekal yang terdiri dari dzarrah, dzarat (atom-atom). Materi yang sangat padat menjadi substansi bumi, yang agak renggang menjadi substansi air, yang renggang menjadi substansi udara, dan yang lebih renggang menjadi api. Al-Hayula al-Ula:

Filsafat al-Farabi


Al-Farabi menggunakan proses konseptual yang disebutnya dengan nazhariyyah al-faidh (teori emanasi) untuk memahami hubungan antara Tuhan danalam pluralis dan empirik. Menurut teori ini, alam terjadi dan tercipta karena pancaran dari Yang Esa (Tuhan); yaitu keluarnya mumkin al-wujud (disebut alam) dari pancaran Wājib al-Wujud (Tuhan). Proses terjadinya emanasi (pancaran) ini melalui tafakkur (berpikir) Tuhan tentang diri-Nya, sehingga Wājib al-Wujūd juga diartikan sebagai “Tuhan yang berpikir”. Tuhan senantiaa aktif berpikir tentang diri-Nya sendiri sekaligus menjadi obyek pemikiran. Al-Farabi memberi 3 istilah yang disandarkan padaTuhan: al-‘Aql (akal, sebagai zat atau hakikat dari akal-akal); al-‘Āqil (yang berakal, sebagai subyek lahirnya akal-akal); dan al-Ma’qū(yang menjadi sasaran akal, sebagai obyek yang dituju oleh akal-akal).
Sistematika teori emanasi al-Farabi adalah sebagai berikut:
·         Tuhan sebagai al-‘Aql dan sekaligus Wujud I. Tuhan sebagai al-‘Aql (Wujud I) ini berpikir tentang diri-Nya hingga melahirkan Wujud II yang substansinya adalah Akal I → al-Samā` al-Awwal (langit pertama).

Filsafat al-Ghazali


a.      Epistimologi
Sebagaimana dijelaskan Al-Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz Min Al-Dhalal, ia ingin mencari kebenaran yang sejati, yaitu kebenaran yang diyakininya betul-betul merupakan kebenaran, seperti kebenaran sepuluh lebih banyak dari tiga. “sekiranya ada orang yang mengatakan bahwa tiga itu lebih banyak dari sepuluh dengan argumen bahwa tongkat dapat ia jadikan ular, dan hal itu memang memang betul ia laksanakan, saya akan kagum melihat kemampuannya, sungguhpun demikian keyakinan saya bahwa sepuluh lebih banyak dari tiga tidak akan goyah”. Seperti inilah menurut Al-Ghazali pengetahuan yang sebenarnya.
Pada mulanya Al-Ghazali beranggapan bahwa pengatahuan itu adalah hal-hal yang dapat yang ditangkap oleh panca indera. Teatapi, kemudian ternyata baginya bahwa panca indera juga berdusta. Seumpama: “bayangan (rumah) kelihatannya tidak bergerak, tetapi berpindah tempat,” atau seperti “bintang-bintang dilangit, kelihatannya kecil tetapi perhitungan menyatakan bahwa bintang-bintang itu lebih besar dari bumi”.