Istilah pragmatisme berasal dari kata
yunani yang berarti “action”, dan juga berarti “practice”. Dalam
filsafat, pragmatisme adalah suatu aliran yang pertama kali
diperkenalkan oleh pierce, selanjutnya dikembangkan oleh william
james dan jonh dewey.
a. Charles pierce (1839-1914)
Pragmatisme yang
diperkenalkan oleh pierce terutama didalam menggunakan bahasa yang berarti,
yang dinyatakan dalam kata-kata dan kalimat. Menurut pierce ada dua
arti dalam bahasa, yaitu arti secara psikologis dan arti saecara literal atau
secara logika .
Secara psikologis satu kalimat bisa menimbulkan
tafsiran yang berbeda-beda bagi setiap orang, sedangkan dalam arti logik setiap
orang akan memberikan arti atau makna yang sama terhadap kalimat atau kata
tersebut.
Dalam penggunaan bahasa yang mengandung arti
logika, tidak cukup hanya dengan memberikan definisi tersebut harus
memungkinkan kita berhubungan secara langsung dalam pengalaman, dengan apa yang
diartikan oleh kata-kata atau definisi tersebut. Mendefinisikan
istilah secara eksprimen adalah menggunakan alat dimana kita tapat
memadukan arti-arti tanpa membingunkan atau salah tafsir. Apabila seseorang
tidak mengerti suatu istilah, kita cukup menjelaskan kondisi eksprimental yang
memberi arti terhadap istilah tersebut, sehingga akan terdapat kesepakatan, dan
kemampuan mengerti secara universal. Pernyataan yang faktual, merupakan
pernyataan yang berarti, apabila mempunyai kemampuan untuk dikaji benar
tidaknya secara ilmiah. Adapun tujuan pragmatisme pierce adalah untuk
mengatasiv erbalisme yang menyangkut intelektual, dengan cara merumuskan
kriteria objektif untuk membeda-bedakan pengertian.
b. William james ( 1842 - 1910)
James seorang filosof bangsa Amerika berjasa besar
dalam memperkenalkan pragmatisme dalam perkembangannya. Dia seorang
profesor diHarverd university, dan banyak mengabdikan dirinya untuk
pragmatisme. Pragmatisme james disebut juga praktikalisme, sedangkan
pragmatisme pierce disebut eksprimentalisme. Pragmatisme james
berbeda dengan pierce terutama dalam hal : pierce menggunakan pendekatan dengan
matematika dan logika simbolik (bahasa), sedangkan james mengemukakan
pendekatan psikologi. Selanjutnya perbedaan antara james dan pierce
dalam mengartikan “praktis” (pratical). Menurut pierce yang dikatakan praktis
ialah yang dibuktikan melalui penelitian eskprimental, sedangkan menurut james
yang dikatakan praktis ialah yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.
Menurut james, teori merupakan alat untuk memecahkan
masalah dalam pengalaman kita. Karena itu teori harus dinilai dalam pengertian
mengenai keberhasilan menjalankan fungsinya. Jadi menurut james teori itu benar
kalau berfungsi.
Berbicara tentang
kebenaran, kebenaran adalah sesuatu yang terjadi terhadap suatu ide, bukan
sebagai ide yang pasti, sebelum seseorag menemukan apakah satu teori berfungsi,
tidak diketahui benar atau salahnya.
Berdasarkan teori
kebenaran pragmastis tersebut, kebenaran itu bukan sesuatu yang bersifat statis
atau tidak berubah, melainkan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam
berbagai fungsi kurun waktu sejarah manusia, teori tertentu dalam berbagai
gagasan dapat memuaskan bagi masalah yang terjadi. Namun setelah pengalaman
bertambah dan semakin rumit, maka apa yang tadinya benar, meluas dan berkembang
mencari kondisi yang baru. Jadi menurut james tidak ada kebenaran yang mutlak,
yang Berlaku umum, bersifat tetap, dan berdiri sendiri terlepas dari akal yang
mengenal. Kebenran itu akan selalu berubah, sejalan dengan perkembangan
pengalaman, karena apa yang dikatakan benar dapat dikoreksi dalam pengalaman
berikut.
c. Jonh dewwey (1859-1952)
Setelah james, muncul john dewey dengan
suatu pandangan yang disebut instrumentalisme. Ia merupakan seorang
pemikir yang berpengaruh pada zamannya, dan ia mengembangkan teori pengetahuan
dari sudut peranan biologis dan psikologis. Konsep-konsepnya merupakan
bimbingan untuk mengarahkan kegiatan intelektual manusia kearah masalah sosial
yang muncul pada waktu. Menurut dewey,pengalaman
tersebut oleh interaksi antara lingkungan dan organisme biologis. Kegiatan
berfikir timbul disebabkan terjadinya gangguan terhadap situasi itu, denagn
cara membuat hipotesis sebagai bimbingan bagi tindakan selanjutnya. Dewey
menegaskan, bahwa berfikir, khususnya berfikir ilmiah, merupakan alat untuk
memecahkan masalah.
Pengalaman manusia membentuk aktivitas
untuk memperoleh pengetahuan. Kita mulai berfikir tidak hanya berfikir biasa,
melainkan berfikir reflektif (reflektive thinking). Berfikir akan
terjadi apabila kita menghadapi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut,
manusia mempunyai pikiran, akal, atau pendapat. Pikiran atau akal kita gunakan sebagai
alat untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga kita mencapai tujuan,
yaitu memperoleh pengetahuan. Ide atau pikiran itu dirumuskan dalam bentuk
hipotesis, atau hipotesis kerja, sebagai alat untuk memcahkan masalah yang
konkret.
Eksprimen merupakan
bagian bagian pokok dalam proses pengetahuan. Dengan pragmatisme, john dewey
menerapkannya dalam kedalam proses pendidikan. Ia mengembangkan metode problem
solving atau metode memcahkan masalah, sebagai penyempurnaan dari
metode lama yang sifatnya hannya menuangkan informasi bagi para siswa
disekolah. Sebagai hasil penerapannya ini, pendidikan maju pesat. Anak didik
tidak hanya saja mendapatkan berbagai disiplin tetapi anak juga diharapkan
dengan berbagai situasi yang merupakan kesempatan baginya untuk mengembangkan
cara mengatasi kesulitan tersebut. Dalam memecahkan masalah, anak dibawa
berfikir melewati beberapa tahap, yang disebut metode berfikir ilmiah sebagai
berikut :
1. Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah.
2. Menganalis masalah tersebut, dan menyususun hipotesis-
hipotesis yang mungkin.
3. Mengumpulkan datta yang akan membatasi dan memeprjelas
masalah.
4. Menguji dan menganalisis masalah.
5. Menguji, mencoba, dan membuktikan.
Diakses
21. 43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar