1. Pendidikan Global
Pendidikan Global dirasa perlu disebabkan kemajuan komunikasi & transportasi
yang dirasakan dunia semakin sempit, batas negara menjadi buram, proses
universalisasi melanda berbagai aspek kehidupan. Pendidikan yang memanfaatkan
keunggulan lokal dan global dalam aspek ekonomi, seni budaya, SDM, bahasa,
teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain ke dalam kurikulum
sekolah yang akhirnya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik
yang dapat dimanfaatkan untuk persaingan global.
Tujuan
Pendidikan Global adalah :
a. Mengembangkan
pengertian keberadaan mereka membentuk masyarakat.
b. Memberi
pengertian mereka yang merupakan anggota masyarakat manusia.
c. Menyadarkan mereka adalah penghuni planet bumi, dan
kehidupannya tergantung pada planet bumi tersebut.
d. Mereka adalah
partisipan atau pelaku aktif dalam masyarakat global.
e. Mendidik siswa agar mampu hidup secara bijaksana
dan bertanggung jawab, sebagai individu, umat manusia, penghuni planet bumi,
dan sebagai anggota masyarakat global.
Pendidikan
Global menekankan pada:
a. Kesadaran
terhadap perspektif global.
b. Memahami
sistem-sistem global.
c. Sejarah
globalisasi.
d. Saling
pengertian terhadap budaya bangsa lain.
Contoh
Pendidikan Global:
Para siswa di
Bangladesh bertukar wawancara dalam video dengan siswa di Georgia. Siswa SMA di
Illinois belajar bahasa Jepang, Latin, Perancis, dan Jerman dengan menggunakan
diskusi online bersama para siswa dari negara-negara lain.
Siswa-siswi dari
seluruh dunia mengadakan penelitian mengenai spesies binatang yang hampir punah
dari daerah masing-masing, dan berbagi informasi tersebut dengan menerbitkannya
di situs web bersama. Terhubung secara global melalui kemajuan teknologi
Internet.
2. Pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas
Pendidik yang kuat adalah pendidik yang berkarakter yaitu di samping fisik yang kuat, pendidik harus memiliki
kepribadian yang utuh, matang, dewasa, berwibawa, berbudi pekerti luhur,
bermoral baik, penuh tanggung jawab dan memiliki jiwa keteladanan, dan memiliki
keteguhan atau ketetapan hati untuk berjuang membangun dan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia seutuhnya melalui tugas-tugas yang diembannya dan
tidak mudah terpengaruh pada upaya-upaya atau kondisi yang dapat mengakibatkan
mereka ke luar (out of track) dari “jalan dan perjuangan yang
benar”. Sedangkan pendidik yang cerdas berarti memiliki kemampuan untuk
melakukan terobosan dan pemikiran yang mampu menyelesaikan masalah dan
melakukan pengembangan-pengembangan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan
membangun manusia seutuhnya baik dari segi intelektual maupun moral.
3. Peran guru dalam pembelajaran
Guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing,
mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaranterutama sebagai agent
of change melalui proses pembelajaran (Davies dan Ellison, 1992). Peran guru tidak akan tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun dengan teknologi canggih. Alat dan
media pendidikan, sarana prasarana, multimedia dan teknologi hanyalah media
atau alat yang hanya digunakan sebagai teachers’ companion (sahabat – mitra
guru).
4. Upaya peningkatan mutu guru
Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang
peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan
peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan
sia-sia. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan
strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan
membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan
tergantung pada kondisi mutu guru. Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu guru
yaitu sertifikasi guru, peningkatan mutu dan profesionalisme guru, adanya
asosiasi profesi, dan upaya-upaya lain seperti peberian beasiswa, pemberian
penghargaan, dan peningkatan kesejahteraan.
5. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Menghadapi masyarakat masa depan yang bercirikan perubahan dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas manusia yang dibutuhkan memiliki
3 ciri utama, ialah (1) manusia yang sadar IPTEK, (2) Kreatif, (3)
solidaritas-etis (Oetomo,1990).
Pertama manusia yang sadar IPTEK adalah well informed, tahu
banyak pengetahuan. Mampu mencerna informasi, dan mengolah dan menganalisisinformasi untuk diri dan masyarakatnya. Mampu mendayagunakan IPTEK, bahkan daapt memukan inovasi
untuk menciptakan perubahan dan mengendalikannya.
Kedua, manusia kreatif adalah manusia yang tidak terbawa oleh arus
perubahan. Manusia kreatif mampu menciptakan perubahan, memiliki kemampuan yang
kompetitif. Manusia kreatif, manusia yang inteligent, memiliki minat yang
tinggi, imaginer, fleksibel, dan sensitif. Memiliki daya ingat yang tinggi dan
dapat berpikir secara evaluatif . Dilihat dari sisi minat dan motivasinya,
manusia kreatif mempunyai ciri selalu ingin tahu, gemar bermain
ide, suka menghadapi tantangan..
Ketiga, manusia yang memiliki solidaritas-etis. Kompetitif merupakan ciri
globalisasi, oleh karena itu manusia masa depan perlu memiliki solidaritas
sosial. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Keunggulan
kompetitif harus dilandasi oleh dan bermuara pada rasa tanggungjawab sosial.
Tantangan terberat dalam globalisasi tidak lain adalah mempertahankan
nilai-nilai kebudayaan yang merupakan identitas sebagai bangsa. Di dalam diri
manusia dituntut untuk berwawasan internasional. Namun di pihak lain, dituntut
agar tetap berpijak pada jati diri sebagai bangsa yang mandiri. Oleh karena
itu, manusia akan berada pada posisi tarik-menarik dua kebudayaan yakni
kebudayaan internasional versus kebudayaan nasional.
Menghadapi derasnya kebudayaan asing (Barat) sering identik dengan nilai
materialistik. Fromn (1956) melihat kehancuran tata kehidupan manusia terlalu
menekankan aspek materi dan melupakan ajaran agama adalah pangkal kehancuran
umat manusia. (Jacob, dalam Effendi,1992).
Hal lain yang merupakan bentuk antisipatif adalah memadukan agama dan ilmu
dalam beberapa hal yang berbeda. Agama yang lebih mengedepankan
moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan
subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan
etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji
kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus
kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut
ilmu. Hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari
ilmu sebanyak mungkin.
Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah.
Sumber: http://younaitspepunm.blogspot.co.id/2013/02/tantangan-masa-depan-ilmu-pengetahuan.html
Diakses : 10 desember 2016 pukul 22.47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar