Sabtu, 10 Desember 2016

Antisipasi – Antisipasi Yang Diperlukan Bagi Masyarakat Masa Depan


1.      Pendidikan Global
Pendidikan Global dirasa perlu disebabkan kemajuan komunikasi & transportasi yang dirasakan dunia semakin sempit, batas negara menjadi buram, proses universalisasi melanda berbagai aspek kehidupan. Pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan global dalam aspek ekonomi, seni budaya, SDM, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain ke dalam kurikulum sekolah yang akhirnya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk persaingan global.
Tujuan Pendidikan Global adalah :
a.  Mengembangkan pengertian keberadaan mereka membentuk masyarakat.
b. Memberi pengertian mereka yang merupakan anggota masyarakat manusia.
c. Menyadarkan mereka adalah penghuni planet bumi, dan kehidupannya tergantung pada planet bumi tersebut.
d. Mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam masyarakat global.
e. Mendidik siswa agar mampu hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab, sebagai individu, umat manusia, penghuni planet bumi, dan sebagai anggota masyarakat global.
Pendidikan Global menekankan pada:
a. Kesadaran terhadap perspektif global.
b. Memahami sistem-sistem global.
c. Sejarah globalisasi.
d. Saling pengertian terhadap budaya bangsa lain.

Contoh Pendidikan Global:
Para siswa di Bangladesh bertukar wawancara dalam video dengan siswa di Georgia. Siswa SMA di Illinois belajar bahasa Jepang, Latin, Perancis, dan Jerman dengan menggunakan diskusi online bersama para siswa dari negara-negara lain.
Siswa-siswi dari seluruh dunia mengadakan penelitian mengenai spesies binatang yang hampir punah dari daerah masing-masing, dan berbagi informasi tersebut dengan menerbitkannya di situs web bersama. Terhubung secara global melalui kemajuan teknologi Internet.
2.      Pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas
Pendidik yang kuat adalah pendidik yang berkarakter yaitu di samping fisik yang kuat, pendidik harus memiliki kepribadian yang utuh, matang, dewasa, berwibawa, berbudi pekerti luhur, bermoral baik, penuh tanggung jawab dan memiliki jiwa keteladanan, dan memiliki keteguhan atau ketetapan hati untuk berjuang membangun dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia seutuhnya melalui tugas-tugas yang diembannya dan tidak mudah terpengaruh pada upaya-upaya atau kondisi yang dapat mengakibatkan mereka ke luar (out of track) dari “jalan dan perjuangan yang benar”. Sedangkan pendidik yang cerdas berarti memiliki kemampuan untuk melakukan terobosan dan pemikiran yang mampu menyelesaikan masalah dan melakukan pengembangan-pengembangan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan membangun manusia seutuhnya baik dari segi intelektual maupun moral.
3.      Peran guru dalam pembelajaran
Guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaranterutama sebagai agent of change melalui proses pembelajaran (Davies dan Ellison, 1992). Peran guru tidak akan tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana, multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan sebagai teachers’ companion (sahabat – mitra guru).

4.      Upaya peningkatan mutu guru
Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan sia-sia. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru. Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu guru yaitu sertifikasi guru, peningkatan mutu dan profesionalisme guru, adanya asosiasi profesi, dan upaya-upaya lain seperti peberian beasiswa, pemberian penghargaan, dan peningkatan kesejahteraan.
5.      Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Menghadapi masyarakat masa depan yang bercirikan perubahan dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas manusia yang dibutuhkan memiliki 3 ciri utama, ialah (1) manusia yang sadar IPTEK, (2) Kreatif, (3) solidaritas-etis (Oetomo,1990).
Pertama manusia yang sadar IPTEK adalah well informed, tahu banyak pengetahuan. Mampu mencerna informasi, dan mengolah dan menganalisisinformasi untuk diri dan masyarakatnya. Mampu mendayagunakan IPTEK, bahkan daapt memukan inovasi untuk menciptakan perubahan dan mengendalikannya.
Kedua, manusia kreatif adalah manusia yang tidak terbawa oleh arus perubahan. Manusia kreatif mampu menciptakan perubahan, memiliki kemampuan yang kompetitif. Manusia kreatif, manusia yang inteligent, memiliki minat yang tinggi, imaginer, fleksibel, dan sensitif. Memiliki daya ingat yang tinggi dan dapat berpikir secara evaluatif . Dilihat dari sisi minat dan motivasinya, manusia kreatif mempunyai ciri selalu ingin tahu, gemar bermain ide, suka menghadapi tantangan..
Ketiga, manusia yang memiliki solidaritas-etis. Kompetitif merupakan ciri globalisasi, oleh karena itu manusia masa depan perlu memiliki solidaritas sosial. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Keunggulan kompetitif harus dilandasi oleh dan bermuara pada rasa tanggungjawab sosial.
Tantangan terberat dalam globalisasi tidak lain adalah mempertahankan nilai-nilai kebudayaan yang merupakan identitas sebagai bangsa. Di dalam diri manusia dituntut untuk berwawasan internasional. Namun di pihak lain, dituntut agar tetap berpijak pada jati diri sebagai bangsa yang mandiri. Oleh karena itu, manusia akan berada pada posisi tarik-menarik dua kebudayaan yakni kebudayaan internasional versus kebudayaan nasional.
Menghadapi derasnya kebudayaan asing (Barat) sering identik dengan nilai materialistik. Fromn (1956) melihat kehancuran tata kehidupan manusia terlalu menekankan aspek materi dan melupakan ajaran agama adalah pangkal kehancuran umat manusia. (Jacob, dalam Effendi,1992).
Hal lain yang merupakan bentuk antisipatif adalah memadukan agama dan ilmu dalam beberapa hal yang berbeda.  Agama yang lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu.  Hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin. 

            Disini ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah.

Sumber: http://younaitspepunm.blogspot.co.id/2013/02/tantangan-masa-depan-ilmu-pengetahuan.html

Diakses : 10 desember 2016 pukul 22.47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar