Menurut Prof. Dr. Marsigit M.A. berfilsafat yang benar dan terarah adalah
berfilsafat sesuai dengan konteksnya. Cara setiap orang berfilsafat akan
berbeda satu dengan yang lain, tergantung latar belakang orang yang
bersangkutan. Tentu saja orang yang beragama Islam akan berbeda filsafatnya
dengan orang Yahudi, berbeda pula dengan orang Kristiani. Filsafat orang yang
tidak beragama berbeda dengan orang yang beragama. Cara orang dari suku Jawa
berfilsafat tentu berbeda dengan orang yang bersuku Batak atau suku Sunda dan lain
sebagainya. Dengan kata lain, orang berfilsafat dipengaruhi oleh konteksnya
masing-masing. Filsafat itu merupakan olah pikir yang masih terbuka secara
spiritual maupun non spiritual. Kiranya satu hal yang penting dalam berfilsafat
adalah orang harus meletakkan spiritual sebagai fondasi atau dasar dan
sekaligus muara dalam berfilsafat.
Setinggi-tingginya pengembaraan pikiran
dalam berfilsafat tetap masih dalam kerangka berspiritual. Bagaimanapun di atas
langit filsafat masih ada langit spiritual. Berfilsafat semestinya diarahkan
agar manusia dapat semakin mudah menemukan Tuhan Sang Pencipta semesta, supaya
manusia semakin dekat dan menyatu dengan Sang Hidup sendiri. Find God
in all things, demikian seperti disampaikan oleh St Ignatius Loyola salah
seorang pujangga gereja, pendiri ordo Jesuit.
Sumber:
http://rumah-matematika.blogspot.co.id/2013/09/berfilsafat-mengolah-pikir-mengolah.html
Diakses 9. 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar