Adapun yang dimaksud dengan Wit Galingga adalah Pohon Kelapa. Kenapa
pohon kelapa yang dijadikan contoh? Karena Pohon Kelapa itu mulai dari akarnya
yang paling bawah sampai ujung daunnya yang disebut janur semuanya bermanfaat.
Pohon Kelapa juga sangat kokoh dan kuat tidak pernah roboh.
Kalau
kita memanjat Pohon Kelapa maka kita akan medapatkan buahnya. Kita akan
bertanggung jawab, tidak sombong, tidak mudah jatuh, kita ikuti tataran yang
ada dalam batang kelapa itu, kita akan selalu terus ke atas, kita akan memanjat
dengan hati-hati sampai ke atas.
Lantas apa itu Tataran yang dimaksud dalam falsafah
hidup Sunan Kalijaga di atas? Tataran itu dapat dimaknai sebagai aturan-aturan
yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di dunia, maka kita harus mengikuti
aturan-aturan atau peraturan- peraturan dunia yang berlaku. Kalau kita ingin
selamat di akhirat, maka kita harus mengikuti aturan-aturan atau
peraturan-peraturan akhirat yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di dunia dan
akhirat, kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan-peraturan yang
berlaku di dunia dan akherat.
Buah kelapa menggambarkan secara
kronologis kehidupan manusia dari mulai manggar diibaratkan janin, bluluk bermakna bayi, cengkir bermakna balita, deghan bermakna remaja, dan kerambil/kelapa bermakna dewasa. Falsafah ini memberi
pencerahan makna hidup manusia yang harus dijalankan secara hati-hati, dari
mulai janin sampai dewasa. Karena pada setiap tahapan tersebut bisa saja
terjadi musibah dari yang kecil sampai meninggal dunia. Untuk itu
kehati-hatian ini harus dijabarkan dalam mempersiapkan diri pada hidup dan
kehidupan di dunia. Yaitu selalu berpegang teguh pada aturan hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar selamat di dunia. Sejalan dengan
itu juga berpegang teguh pada aturan keagamaan berdasarkan Al Qur’an dan
hadist agar selamat di akhirat nanti. Kalau pegangan tersebut
dilaksanakan secara konstisten dan konsekuen maka manusia tidak perlu gentar
menghadapi takdir kematian kapan saja karena sudah siap untuk hidup dunia
akhirat.
Dalam
memanjat pohon kelapa, kita musti bekerja keras, hati-hati dan disiplin
menelusuri tataran pohon kelapa untuk mencapai puncak hingga dapat menggapai
buah pohon kelapa yang dapat diambil kemanfaatannya. Hal itu dapat kita petik
hikmah bahwa dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, kita harus memiliki niat yang baik, bekerja keras, mematuhi
peraturan-peraturan yang berlaku – baik peraturan-peraturan dunia maupun
akherat – dan hati-hati untuk mewujudkan kesejahteraan, ketentraman, kedamaian,
dan kemamkmuran kita, masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, implementasi
filosofi kehidupan Sunan Kalijaga sangat bermakna dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju tercapainya kesejahteraan,
ketentraman, kedamaian, dan kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia. Intisarinya
adalah, kita sebagai bangsa harus memiliki niat yang baik, bekerja keras,
mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku – baik peraturan dunia maupun akherat
– dan hati-hati (tidak ceroboh) dalam menjalankan kehidupan demi tercapainya
esensi rahmatan
lil ’alamiin, tujuan berbangsa dan bernegara, di bumi nusantara
tercinta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sumber: https://tabloidmasjidnus.wordpress.com/edisi/tabloid-masjid-nusantara-edisi-i/implementasi-filosofi-kehidupan-sunan-kalijaga-dalam-berbangsa-dan-bernegaraimplementasi-filosofi-kehidupan-sunan-kalijaga-dalam-berbangsa-dan-bernegara/
Oleh : Letjen TNI (Purn) H. Sudi
Silalahi
Menteri Sekretaris Kabinet RI
Menteri Sekretaris Kabinet RI
Diakses 11 desember 2016 pukul 20.47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar