Senin, 05 Desember 2016

cara belajar filsafat

Konon, filsafat itu sangatlah sulit. Sedikit sekali orang yang mampu mempelajarinya. Bahkan, kata orang di luar sana, “jangan terlalu serius belajar filsafat! Bila otak anda tidak kuat, nanti bisa menjadi gila karenya. Buat apa mengambil risiko ini? Padahal filsafat itu sesuatu yang abstrak, jauh dari kehidupan kita sehari-hari,” Menanggapi hal ini saya agaknya santai-santai saja dan untungnya saya sudah gila jauh sebelum mempelajari filsafat. Teman-teman saya di Fakultas Filsafat UGM sama kok seperti anak-anak fakultas lain. Mereka jika lapar pasti makan, makannya pun makan nasi dengan lauk pauk yang sesuai kantong mereka. Pakaian mereka juga sama dengan yang lain. Mandi pun juga teratur (kecuali saya). Coba deh jika masih ragu, dan jika ada orang gila lewat di depan anda, coba tanyakan “Anda dulu fakultas filsafat, ya?”
Memang ada banyak mitos mengenai filsafat seperti itu. Malah mitos-mitos tersebut tidak beredar dikalangan kaum awam. Sebagaian agamawan berpandangan,memegang erat-erat kitab suci sebagai pandangan hidup sudah lebih dari cukup, sehingga filsafat yang menjanjikan kebenaran mutlak tidak diperlukan. Sebagaian ilmuan mengira, mereka berkewajiban untuk melepaskan diri secara total dari filsafat untuk mempertahankan keilmiahan mereka. Sebagaian seniman merasa, filsafat tidak akan membantu kita dalam menikmati keindahan. Sebagian usahawan bilang, filsafat hanya membuang-buang waktu saja, lebih baik mengamati harga tomat di pasar.
Mempelajari filsafat sebenarnya tidak sangatlah sulit. Cukup dengan segelas kopi dan sebungkus rokok, sudah cukup untuk membuat anda menyelami filsafat. Itulah yang kebanyakan teman-teman saya berpendapat. Namun jika saya hanya cukup secangkir kopi, teh, dan niat untuk belajar, hehe. Saya tidak merokok dan sulit mendapatkan niat untuk belajar. Maka dari itu level saya jauh di bawah teman-teman saya.
Jika anda masih takut mempelajari filsafat, maka saya akan mengutipkan penjelasan singkat dari Dr. Stephen Palmquis dalam bukunya yang berjudul The Tree of Philosophy A Course of Introductory Lectures for Beginner Students of Philosophy. Dalam uraian singkat beliau, akan menjabarkan buku apa saja yang baik dan aman untuk kalian baca. Setiap buku mewakilkan metode atau pendekatan utama yang dipakai dalam pembelajaran filsafat. Metode di sini sekaligus memaparkan beberapa cara untuk mengawal anda untuk masuk menuju gerbang dunia filsafat yang luar biasa indah.
Pertama adalah pendekatan terpadu. Dalam kutipan yang ditulis oleh Palmquis, beliau menjabarkan bahwa metode ini dalah yang paling sempurna. Sempurna di sini adalah menyempurnakan kelemahan-kelemahan metode-metode yang lain sekaligus memaksimalkan metode tersebut. Metode ini mensintesis berbagai pendekatan dalam satu metode saja. Contoh buku yang direkomendasikan tentu saja karya dari Dr. Stephen Palmquis yang bejudul Pohon Filsafat. 
Menurut saya pribadi, jika orang yang baru ingin mempelajari filsafat, buku ini masih terlalu berat. Karena di buku ini langsung merujuk pada cabang-cabang filsafat seperti metafisika, logika, ilmu, dan ontologi. Walau di awal akan menjelaskan pengertian dari filsafat. Bagusnya buku ini adalah anda akan seperti kuliah pada umumnya. Palmquis menjadi dosennya dan kalian menjadi anak didiknya.  Anda juga seolah-olah mengikuti mata kuliah selama 12 pekan.

Kedua adalah pendekatan eksistensial. Metode ini memandang tugas pertama pengantar filsafat adalah memperkenalkan jalan hidup filosofis tanpa terbelenggu oleh sistematikanya. Dalam pendekatan ini, tema-tema pokok filsafat didalami dengan harapan bahwa pembacanya akan dengan sendirinya memperoleh gambaran tentang filsafat yang seutuhnya. Contoh penerapan pendekatan eksistensial yang baik adalah A.C. Ewing dalam bukunya The Fundamental Questions of Philosophy. Dalam bukunya Ewing saya tidak bisa memberi komentar lebih karena saya belum memiliki buku tersebut. Namun salah satu dosen menganjurkan untuk membaca buku ini untuk mengetahui problem-problem apa saja yang dapat kita temui dalam dunia filsafat.

Yang ketiga adalah pendektan analitis dengan berbagai variasinya. Metode ini memandang jika tugas utama pengatar filsafat adalah menjelaskan unsure-unsur filsafat. Dalam pendekatan ini, isi filsafat diuraikan secara sistematis dan diterangkan segamblang-gamblangnya. Contoh pengguna metode tersebut dengan baik adalah Louis O. Kattsoff dalam bukunya Element of Philosophy. Pertama kali saya membaca buku ini jujur saja sangatlah memeras otak. Mungkin dikarenakan buku tersebut adalah terjemahan. Namun sesungguhnya buku ini sangatlah bagus untuk memulai belajar filsafat. Karena buku tersebut menerangkan bagaimana cara berfikir kefilsafatan, ciri berfikir kefilsafatan, dan lain sebagainya.

Keempat adalah pendekatan metodologis. Cara ini sangatlah penting mengingat bahwa cara terpenting memahami filsafat adalah dengan berfilsafat. Dalam pendekatan ini, berbagai metode berfilsafat ditimbang-timbang, kemudian metode yang di pandang terbaik diuraikan lebih lanjut untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman berfilsafat. Contoh pemakai metode ini dengan baik adalah Mark B. Woodhouse dalam bukunya A Preface to Philosophy. Sama halnya dengan buku milik Ewing, dikarenakan saya belum pernah membacanya. Mungkin lain kali saya akan berburu di perpustakaan untuk menikmati karya luar biasa ini.

Dan yang terakhir adalah pendekatan historis dengan berbagai variasinya. Metode ini sering dipandang baik bagi para pemula. Dalam pendekatan ini, pemikiran para filosof terpenting dan latar belakang mereka dipelajari secara kronologis. Contoh pemanfaat pendekatan historis yang baik adalah Jostein Gaarder dalam bukunya Sofies Verden. Ini adalah buku yang indah. Dalam buku ini anda akan diajak menuju dunia anak usia 14 tahun yang sangat berbeda dengan anak pada umumnya. Cerita yang disuguhkan dalam buku ini sangat menarik dan direkomendasikan sekali untuk anda penggemar cerita seperti Harry Potter, Goosebumps, atau novel lainnya yang ingin menyelami dunia filsafat. Dalam buku ini kalian tidak akan bosan dalam belajar filsafat.

Namun buku ini tidak dianjurkan untuk yang ingin mempelajari poin-poin utama dalam filsafat. Karena dalam buku ini fifty-fifty dalam bagian pembahasan filsafat dan alur cerita. Siapa pun yang tidak ingin keluar dari zona nyaman pemikirannya, tidak ingin Tuhannya diusik, tidak ingin ideologi yang sudah dibangun bertahun-tahun hancur, tidak ingin mengetahui makna hidup ini dan tidak ingin mengerutkan kening untuk menemui pertanyaan-pertanyaan filsafat lebih baik jangan membaca satu kalimat pun dari buku ini.

Akhir kata, selamat mempelajari filsafat dan mungkin lebih baik anda membawa roti yang banyak, tapi bukan untuk menjadi cemilan ketika anda duduk manis membaca dan mempelajari filsafat, melainkan untuk menabur remahnya di sepanjang perjalanan karena bisa jadi pikiran anda tersesat dalam jalan filsafat dan tidak tahu kemana harus pulang.


Diakses pukul 23.19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar