a. Hikmah dan Falsafah
Maskawaih membedakan antara pengertian hikmah (kebijaksanaan , wisdom) dan
falsafah (filsafat). Menurutnya, hikmah adalah keutamaan jiwa yang cerdas (aqilah)
yang mampu membeda-bedakan (Mumayyis). Hikmah adalah bahwa engkau
mengetahui segala yang ada (Al-Maujudat) atau engkau mengetahui
perkara-perkara ilahiah (ketuhanan) dan perkara-perkara insaniah (kemanusiaan),
dan hasil dari pengetahuan engkau mengetahui kebenaran-kebenaran sepiritual (ma’qulat)
dapat membedakan mana yang wajib dilakukan dan mana yang wajib ditinggalkan.
Maskawaih membagi filsafat menjadi dua bagian : bagian teori dan bagian
praktis. Bagian teori merupakan kesempurnaan manusia yang mengisi potensinya
untuk dapat mengetahui segala sesuatu, hingga dengan kesempurnaan ilmunya itu
pikirannya benar. Sedangkan bagian praktis merupakan kesempurnaan manusia yang
mengisi potensinya untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan moral. Jika
manusia memiliki dua bagian filsafat, yang teoritis dan yang praktis tersebut,
maka ia telah memperoleh kebahagiaan yang sempurna.
b. Metafisika
Metafisika Maskawaih mencakup pembahasan tentang bukti adanya Tuhan pencipta,
jiwa dan kenabian (nubuwah). Sejarah lengkap metafisika Maskawaih dituangkan
dalam kitabnya Al-Fauz Al Ashghar.
· Bukti-bukti adanya Tuhan pencipta
Membuktikan adanya Tuhan Pencipta, dari satu segi dapat dikatakan
mudah,karena kebenaran ada-Nya telah terbukti pada dirinya sendiri dengan amat
jelas. Adapun segi kesukarannya ialah karena keterbatasan akal manusia.
Maskawaih berusaha membuktikan bahwa Tuhan Pencipta itu Esa, azali (tanpa awal)
dan bukannya materi (jism). Tuhan dapat diketahui dengan cara menidakkan
(negative), bukan dengan cara positif. Pembuktian secara positif berarti
pembuktian secara langsung, sedang pembuktian secara negative adalah secara tidak
langsung, Tuhan adalah bergerak, Tuhan adalah tidak Esa, Tuhan adalah
diciptakan dan sebagainya.
Maskawaih menggunakan berbagai macam argument untuk menetapkan adanya Tuhan.
Yang penting ditonjolkan adalah adanya gerak atau perubahan yang terjadi pada
alam. Memperhatikan bahwa segala macam benda mempunyai sifat gerak atau berubah
sesuai dengan watak pembawa masing-masing (sifat gerak itu berbeda-beda), maka
adanya gerak yang berbeda-beda itu membuktikan adanya yang menjadi sumber
gerak, Penggerak pertama yang tidak bergerak yaitu Tuhan.
· Jiwa (an-Nafs)
Maskawaih mengatakan bahwa jiwa berasal dari limpahan Akal Aktif. Jiwa
bersifat rohani, suatu substansi yang sederhana yang tidak dapat diraba oleh
salah satu pancaindera. Kesatuan aqliah jiwa tercermin secara amat jelas, yaitu
bahwa jiwa itu mengetahui dirinya sendiri, dan mengetahui bahwa ia mengetahui
dirinya, dengan demikian jiwa merupakan kesatuan yang di dalamnya terkumpul
unsur-unsur akal, subyek yang berfikir dan obyek-obyek yang dipikirkan, dan
ketiganya merupakan sesuatu yang satu.
Menurut Maskawaih, jiwa manusia mempunyai tiga kekuatan yang
bertingkattingkat. Dari tingkat yang paling rendah disebutkan urutannya sebagai
berikut:
o An-Nafs al-bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk.
o An-Nafs al-sabu’iah (nafsu binatang buas) yang sedang.
o An-Nafs an-nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik.
Manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika memiliki jiwa yang cerdas.
Dengan jiwa yang cerdas utuh, manusia terangkat derajatnya, setingkat malaikat
dan dengan jiwa yang cerdas itu pula manusia dibedakan dari binatang. Manusia
yang paling mulia adalah yang paling besar kadar jiwa cerdasnya, dan dalam
hidupnya selalu cenderung mengikuti ajakan jiwa yang cerdas itu.
· Kenabian (An-Nubuwah)
Dalam membicarakan hal kenabian, Maskawaih menyajikan banyak hal yang
sepintas lalu tidak lazim digolongkan sebagai topik kenabian:
o Maskawaih membicarakan masalah-masalah tingkatan
wujud dalam alam dan hubungannya satu sama lain.
o Dibicarakannya pula manusia yang
merupakan mikrokosmos dibandingkan dengan alam semesta yang merupakan
mikrokosmos.
o Dibicarakannya juga macam-macam
kapasitas dan daya manusia yang mengalami perkembangan pancaindera meningkat
menjadi kekuatan bersama.
o Dibicarakan pula perihal wahyu dan cara
diperolehnya.
o Tentang perbedaan antara nabi yang
diutus dan nabi yang tidak diutus akhirnya tentang perbedaan antara nabi yang
sungguh-sungguh dan orang yang mengaku sebagai nabi (mutanabbi).
c. Teori evolusi
Maskawaih berpendapat bahwa segala yang ada di alam mengalami proses
evolusi, dilaluinya rentetan proses kejadian yang nyata rantainya tidak
terputus. Dikatakannya bahwa segala sesuatu di alam ini bermula dari wujud yang
sederhana. Kemudian mengalami evolusi menjadi benda-benda yang lebih tinggi.
Maskawaih mengemukakan betapa tinggi kedudukan para Nabi dibanding dengan
manusia lainnya, dengan jalan terlebih dulu mengungkapkan proses evolusi.
Maskawaih menetapkan adanya tipe manusia yang memang sanggup sampai ke tingkat
kemanusiaan yang paling tinggi, yang memperoleh kebenaran-kebenaran yang hakiki
tidak dengan jalan berpikir, tetapi dengan jalan wahyu, yaitu para nabi. Nabi
tingkatnya lebih tinggi dari filosof.
d. Dasar-dasar Etika
Sebagai bapak etika Islam, Maskawaih dikenal juga sebagai Guru Ketiga (Al
Mu’allim Al-Tsalits), setelah Al-Farabi, yang digelari Guru Kedua (Al-Mu’allim
Al-Tsani). Sedangkan yang dipandang sebagai Guru Pertama (Al-Mu.allim
Al-Awwal) adalah Aristoteles. Teorinya tentang etika secara runic ditulis
dalam kitab Tahzib Al-Akhlaq wa That-hir Al-‘arq (pendidikan
budi dan pembersihan watak). Mengenai teori etika
Maskawaih, dalam kesempatan ini hanya akan disajikan dasar-dasarnya
saja, yaitu:
· Unsur-Unsur Etika Maskawaih
Teori Etika Maskawaih bersumber pada filsafat Yunani, peradaban Persia
ajaran syariat Islam, dan pengalaman pribadi. Usaha Maskawaih adalah
mempertemukan ajaran syariat Islam dengan teori-teori etika dalam filsafat,
setelah berusaha mempertemukan antara berbagai macam teori etika dalam
filsafat.
· Pengertian Akhlak
Kata akhlaq adalah bentuk jamak (plural) dari kata khuluq. Maskawaih
memberikan pengertian khuluq sebagai peri keadaan jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya.
Dengan kata lain khuluq adalah peri keadaan jiwa yang mendorong timbulnya
perbuatan-perbuatan secara spontan . Perikeadaan jiwa itu dapat merupakan fitrah
sejak kecil, dan dapat pula merupakan hasil latihan membisaakan diri. Hal ini
dapat dibuktikan pada perubahan-perubahan yang dialami anak dalam masa
pertumbuhannya dari satu keadaan kepada keadaan lain sesuai dengan lingkungan
yang mengelilinginya dan macam pendidikan yang diperolehnya. Dari sini pula
Maskawaih memandang penting arti pendidikan dan lingkungan bagi manusia dalam
hubungannya dengan pembinaan akhlak.
· Keutamaan (fadhilah)
Maskawaih menyebutkan adanya tiga macam kekuatan jiwa, yaitu bahimiyah atau syahwiyah
, (kebinatangan atau nafsu syahwat) yang mengejar kelezatan-kelezatan
jasmani, sabu’iyah (binatang buas) yang bertumpuh pada
kemarahan dan keberanian, dan nathiqahyang selalu berpikir tentang
hakikat segala sesuatu.
Keselarasan antara tiga keutamaan dasar itu menimbulkan keutamaan lain,
yang merupakan kesempurnaan ketiga keutamaan dasar tersebut. Dengan demikian
keutamaan-keutamaan jiwa itu ada empat macam, yaitu hikmah (wisdom), ’iffah (kesucian), syaja’ah(keberanian)
dan ‘adalah (keadilan). Kebijaksanaan adalah keutamaan jiwa
cerdas, kesucian adalah keutamaan nafsu syahwat; keutamaan lahir jika manusia
dapat menyalurkan syahwatnya sejalan dengan pertimbangan akal yang sehat,
hingga ia bebas dari perbudakan syahwatnya. Keberanian adalah keutamaan
jiwa ghadhabiyah (shabu’iyah”). Keadilan adalah keutamaan jiwa
yang terjadi dari kumpulan tiga macam keutamaan tersebut diatas:
o Kebahagiaan (sa’adah)
o Cinta ( mahabbah)
o Pendidikan Akhlak Pada Anak-Anak
· Perihal Kematian
Adanya kematian itu merupakan bukti keadilan tuhan terhadap hamba-Nya,
tidak ada alasan untuk takut mati. Rasa takut semacam itu akan mengganggu
ketentraman dan kebahagiaan hidup. Takut mati yang merupakan penyakit jiwa itu
dapat terjadi karena adanya sebab-sebab sebagai berikut:
o Tidak mengetahui hakikat kematian.
o Tidak mengetahui kesudahan jiwa.
o Tidak mengetahui kekekalan jiwa.
o Mempunyai sangkaan bahwa kematian itu
merupakan sakit yang amat berat, melebihi pedihnya sakit yang mendahuluinya.
o Adanya kebingungan, karena tidak tahu
apa yang akan dialaminya setelah mati.
o Karena adanya rasa berat untuk bercerai
dengan yang disenanginya, yaitu keluarga, anak, harta benda dan
kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya.
Agar orang jangan sampai takut mati harus diatasi dengan rasa sebagai
berikut:
o Orang harus mengetahui bahwa mati itu
hakikatnya tidak lebih daripada jiwa yang menghentikan penggunaan alatnya.
o Orang harus mengetahui bahwa sebenarnya
mati itu ada dua macam: mati iradi dan mati alami. Mati iradi adalah mematikan
keinginan-keinginan (syahwat) dan meninggalkan usaha memenuhi
tuntutan-tuntutannya sedang mati alami adalah terpisahnya jiwa dari badan.
o Orang harus mengetahui benar bahwa mati
hanyalah peristiwa badaniah yang menjadi jalan pelepasan jiwa dan
penghormatan bagi jiwa.
o Orang harus menyadari bahwa rasa sakit
itu hanya berada pada orang hidup dan orang hidup itulah yang menerima bekas
jiwa yang ada pada badannya.
o Orang yang merasa takut mati karena
takut akan tertimpa hukuman setelah mati harus menyadari bahwa yang ditakuti
itu sebenarnya bukan matinya tetapi siksanya yang mungkin diderita setelah
mati.
o Pengalaman manusia setelah mati patut
ditakuti.
o Orang tidak boleh kuatir akan berpisah dengan
keluarganya, anak dan harta benda, sebab semuanya tidak akan kekal.
Sumber Bacaan
· Jamaluddin al-Qafthi, Akhbar al-‘Ulama bi Akhbar al-Hukama’,
Kairo: Maktabah al-Mutanabbi, t.t.
· Naiati M Ustman. 2002. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim.
Bandung: Pustaka Hidayah
· Nasition Harun. 1973. Filsafat dan Misticisme dalam Islam. Jakarta:
Bulan Bintang
· Soleh A Khudri. 2004. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
· Fakhry Majid. 2001. Sejarah Filsafat Islam. Bandung: Mizan
· Hanafi Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
· http://Halid.nurislami.com
· http://www.nlm.nih.gov/hmd/arabic/E8.html
Sumber:
diakses 11 desember 2016 pukul 21.22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar