Filsafat hidup Rasulullah adalah sebagai berikut :
2.1. Sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat
kepada Orang lain
Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat. “Wahai
Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah menjawab: Yang artinya:
“Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain”.
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi
dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk
kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika
berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat,
dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda
tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak
hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang
lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya
ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat.
Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk
orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya
dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak
merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat
bagi orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia
untuk memegang filsafat hidup. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan
ternak ia akan mendapatkan rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang
yang menanam padi, ia akan mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput,
karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang
hidup ini, kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan
memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai
ibadah dari seluruh pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk
ibadah dengan suatu keyakinan bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita
yakini sebagai tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai
upaya menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak
berangkat ke tempat bekerja berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan
kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari
“rumput” walau hal itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang
tersebut termasuk orang yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai
ibadah dari pekerjaannya.
Yang namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau
membaca Al-Qur’an saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan
Bangsa dengan niat Lillahi Ta’ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk
diketahui, karena ada yang berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau
tidak ada duitnya malas bekerja.
2.2 Umur Panjang banyak Amal salehnya
Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik
itu yang bagaimana? Rasul menjawab : Yang artinya : “Sebaik-baiknya diantara
kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya”.
Sudah barang tentu orang yang semacamn ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat. Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya
pendek masyarakat akan merasa kehilangan. Rasulullah juga
mengatakan,”Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya tapi
jelek perbuatannya”.
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya
pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia
tidak terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya
panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang
panjang. Sementara orang ragu, bukankah Allah telah menentukan umur seseorang
sebelum lahir? Pernyataan ini memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha
Kuasa menentukan umur yang dikehendaki-Nya.
Adapun resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah :
Secara lahiriyah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur,
makan yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur.
Secara spiritual orang yang ini panjang umur ada dua resepnya:
2,2,1. Pertama : Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian
hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin
maupun untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil
sangat mungkin umurnya pendek.
2.2.2. Kedua : Suka silahturahmi, Silah
berarti hubungan dan rahmi berati kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan
kasih sayang dengan sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu
yang bertambah misalnya 60 tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi
62 tahun, banyak sedekahnya menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang
bertambah, setidak-tidaknya berkah umur itu yang bertambah. Umurnya tetap tapi
kualitas dari umur itu yang bertambah.
2.3. Yang hari sekarang lebih baik dari hari
kemaren
Rasul pernah ditanya,
orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab : Yang artinya :
“Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari
kemarin maka dia adalah orang beruntung”.
Kalau kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya,
dedikasinya, etos kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik,
orang tersebut adalah orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup
Rasulullah yang ketiga adalah “Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup”.
Pernyataan Rasul yang kedua : Yang artinya: “Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang
rugi”. Jika amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak
naik dan juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal
segala-galanya tidak merosot? Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah
bertambah kabur, uban sudah bertabu, giginya sudah pada gugur dan sudah lebih
dekat dengan kubur, amalnya tidak juga bertambah, kualitas hidup tidak
bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan selanjutnya :
Yang artinya : “Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih
buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah”.
Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang
pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat
Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita
tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
2.4. Orang yang terbaik terhadap keluarga
Rasul pernah ditanya : “Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang paling baik itu
bagaimana? Rasul menjawab : “Suami yang paling baik adalah suami yang sikap dan
ucapannya selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara kasar, tidak
pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya, tetap
menghormati dan menghargai isterinya.
Sebab ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala
kekurangan isterinya, sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian
termasuk suami yang tidak baik biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya
suami yang tidak baik yaitu suami yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang
laki-laki yang mulia ialah yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka
menyepelekan. Sampai-sampai Rasul masih membela kepada kaum wanita beberapa
saat sebelum Beliau wafat. Beliau sempat berpesan: “Aku titipkan nasib kaum
wanita kepadamu”. Diulangnya tiga kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba
lemah. Jadi kalau seoarang suami memiliki akhlak yang tidak baik maka
penderitaan sang isteri luar biasa. Hal ini perlu kita ingat karena segala
sukses yang dicapai oleh sang suami pada hakekatnya adalah karena andil sang
isteri. Demikian juga andil isteri yang membantu mencarikan nafkah.
2.5.Bila terlanjur cepat bertobat
Rasul pernah ditanya, “Wahai Rasulullah! Orang yang benar itu
yang bagaimana? Rasul menjawab,”Apabila dia berbuat salah segera bertaubat,
kembali kepada jalan yang benar. Oleh karena itu para filosof mengatakan,
“Orang yang benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan kesalahan, tapi
orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri dari perbuatan
yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak
mengulangi perbuatan yang salah itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan soal,
kalau salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi
kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar
menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik dari pada
bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat beragama, sedangkan
maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang
yang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi
khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua
baik terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak
jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam
kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya
tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena
kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada
kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa
kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang artinya: “Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan
sehingga langit ini penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan
terima oleh Allah”.
2.6. Suka memberi
Suka memberi. Sabda Nabi : Yang
artinya : “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Orang yang suka
memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah
berfirman : Yang artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji.
Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261)
Tidak ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh miskin.
Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman keras. Dan resep
kaya menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
2.7. Seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat
Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : “Wahai Rasul! Si pulan
itu orang yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam
melakukan shalat, puasa, I’tikaf, berdo’a. Kemudian Rasul bertanya kepada para
sahabat, “Apakah orang itu punya keluarga?” Sahabat menjawab, “Punya Ya Rasul”.
Kata Rasul : “Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!. Saya ini suka
ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari nafkah.
Sampai Rasul menyatakan : ” Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan
urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia”.
Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi
tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang
antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
Sumber : Al-Ustadz Drs. Burhanuddin Pengobatan Nur syifa
dikases
11 desember 2016 pukul 20.59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar