Masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai
masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini,
termasuk di indonesia ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar
berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan,
penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran
filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak
menjadi bomerang bagi kehidupan umat manusia.
Dalam masyarakat beragama, ilmu
adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber
ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi
daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan
teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang
tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia
tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada
penciptaNya.
Dengan demikian adanya perubahan
pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk
peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam
kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para
ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
Kecenderungan yang lain ialah adanya
hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam
dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju
pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela,
dan bahkan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak
manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah
merencanakan dan menghasilkannya. Kedua kecenderungan ini secara nyata paling
menampakkan diri dan paling mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa
ini dalam bidang lomba persenjataan, kemajuan dalam memakai serta menghabiskan
banyak kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali, kemajuan dalam
bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup
manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan
miskin. Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan
langsung ataupun tidak, dengan setruktur sosial dan politik yang pada
gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan
berbagai macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang menyolok di
tengah keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menghapus penderitaan manusia.
Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam
banyak lingkungan ilmuwan yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan
persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita.
Untuk itulah maka epistimologi ilmu bertugas menjawab
pertanyaan; bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak
teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya?
Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi
ilmu; Ilmu adalah sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia
seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah
kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa merasakan
kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komonikasi, dan
lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan
penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya
pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian
dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka
bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara proposional
dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak
berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
DAFTAR
PUSTAKA
Dina Amalina, http://dokumen.tips/science/ilmu-pengetahuan-filsafat-sains.html,
di akses pada 11 Desember 2015 pukul 11:18 WIB
Krisna
Amretasari, http://dokumen.tips/documents/perkembangan-ilmu-teknologi-dan-kebudayaan-terhadap-masa-depan-manusia.html, di akses pada 11 Desember 2015 pukul 11:33
Ayu Naoman, http://dokumen.tips/education/tantangan-dan-masa-depan-ilmu.html,
diakses pada 11 Desember 2015 pukul 11:42 WIB
Sumber: https://www.academia.edu/24112835/MAKALAH_FILSAFAT_TANTANGAN_MASA_DEPAN_ILMU
Diakses : tanggal 10
Desember 2016 pukul 22. 03
Oleh : R. Dinanisas
Rahma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar