Kamis, 08 Desember 2016

Filsafat Pendidikan Pragmatis


Metafisika: Hakikat Realitas . Aliran filsafat Pragmatisme dikenal pula dengan sebutan Eksperimentalisme dan Instrumentalisme. Menurut penganut Pragmatisme hakikat  realitas  adalah  segala  sesuatu  yang  dialami manusia (pengalaman); bersifat plural (pluralistic); dan terus menerus berubah. Mereka berargumentasi bahwa realitas adalah sebagaimana dialami melalui pengalaman setiap individu (Callahan and Clark, 1983). Hal ini sebagaimana dikemukakan William James bahwa: “Dunia nyata adalah dunia pengalaman manusia” (S.E. Frost Jr., 1957). Sifat plural realitas antara lain tersurat dalam pernyataan John Dewey: “Dunia yang ada sekarang ini adalah dunia pria dan wanita, sawah-sawah, pabrik-pabrik, tumbuhan-tumbuhan dan binatang-binatang, kota yang hiruk pikuk, bangsa-bangsa yang sedang berjuang, dsb. …. adalah dunia pengalaman kita” (H.H. Titus et all, 1959). Mengingat realitas ini terus berubah, maka realitas tak pernah lengkap atau tak pernah selesai. Sebab itu, tujuan akhir realitas  pun berada bersama perubahan tersebut. Jadi menurut penganut Pragmatisme, “hanya realitas fisik yang ada, teori umum tentang realitas tidak mungkin dan tidak diperlukan” (Edward J. Power, 1982). 

Hakikat Manusia .  Kepribadian/manusia tidak terpisah dari realitas pada umumnya, sebab manusia adalah bagian daripadanya dan terus menerus bersamanya. Karena realitas terus berubah, manusia pun merupakan bagian dari perubahan tersebut. Beradanya manusia di dunia adalah suatu kreasi dari suatu proses yang bersifat evolusi (S.E. Frost Jr., 1957). “Manusia laki-laki dan perempuan – adalah hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial” (Edward J. Power, 1982). Sejalan dengan perubahan yang terus menerus terjadi tentunya akan  muncul berbagai permasalahan dalam kehidupan pribadi dan masyarakatnya. Sebab itu, manusia yang ideal adalah manusia yang mampu memecahkan masalah baru baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakatnya. 
Epistemologi: Hakikat Pengetahuan .  Filsuf Pragmatisme  menolak dualisme antara subjek (manusia) yang mempersepsi dengan  objek yang dipersepsi. Manusia adalah kedua-duanya dalam dunia yang dipersepsinya dan dari dunia yang ia persepsi. Segala sesuatu dapat diketahui melalui pengalaman, adapun cara-cara memperoleh pengetahuan yang diandalkan adalah metode ilmiah atau metode sains sebagai mana disarankan oleh John Dewey. Pengalaman  tentang fenomena menentukan pengetahuan. Karena fenomena terus menerus berubah, maka  pengetahuan dan kebenaran tentang fenomena itu pun mungkin berubah. Bagaimanapun, kebenaran pada hari ini harus juga dipertimbangkan mungkin berubah esok hari (Callahan and Clark, 1983). 
Menurut filsuf Pragmatisme,  suatu pengetahuan hendaknya dapat diverifikasi dan diaplikasikan dalam kehidupan. Adapun kriteria kebenarannya adalah workability, satisfaction, and result . Pengetahuan dinyatakan benar apabila dapat dipraktekkan, memberikan hasil dan memuaskan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “pengetahuan bersifat relatif; pengetahuan dikatakan bermakna apabila dapat diaplikasikan. Sebab itu Pragmatisme dikenal pula sebagai Instrumentalisme ” (Edward J. Power, 1982). 
Aksiologi: Hakikat Nilai . Nilai-nilai diturunkan dari kondisi manusia. Nilai tidak bersifat ekslusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses, yaitu dalam tindakan/perbuatan manusia itu sendiri. Karena manusia (idividual) merupakan bagian dari masyarakatnya, baik atau tidak baik tindakan-tindakannya dinilai berdasarkan hasil-hasilnya di dalam masyarakat. Jika akibat yang terjadi berguna bagi dirinya dan masyarakatnya, maka tindakan tersebut adalah baik .  Nilai etika dan estetika tergantung pada keadaan relatif dari situasi yang terjadi. Nilai-nilai akhir ( ultimate values ) tidaklah ada, benar itu selalu relatif dan tergantung pada kondisi yang ada (conditional). Pertimbangan-pertimbangan nilai adalah berguna jika bermakna untuk kehidupan yang intelegen, yaitu hidup yang sukses, produktif, dan bahagia (Callahan and Clark, 1983). Karena itu aliran ini dikenal sebagai Pragmatisme atau Eksperimentalisme .


Diakses 10. 31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar