v DEFINISI FILSAFAT
filsafat
merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang
bersifat menyeluruh tentang manusia, alam, dan Tuhan untuk sampai kepada hal
yang sangat detail dan mendasar. Filsafat itu ilmu yang mempelajari
seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. filsafat tidak menggunakan dasar secara empiris atau
tidak berdasar pada pengalaman Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Dengan berfilsafat kita dapat mendalami ilmu melalui
pertanyaan yang tidak ada batasnya. Berfilsafat juga dapat membuat pengetahuan
kita semakin bertambah, karena filsafat itu selalu mencari tahu dan mencari
kebenaran sehingga kita mendapat banyak pengetahuan.
Istilah "filsafat" juga dapat
ditinjau dari dua segi, yakni:
1. Segi semantik: perkataan
filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani,
'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' =
pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah
orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,
mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2. Segi praktis: dilihat
dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam
berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf".
Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum
semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah
filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang
manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
hakikat kebenaran segala sesuatu.
Definisi Filsafat menurut para ahli:
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid
Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang
segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM)
mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di
dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Immanuel Kant (1724 -1804): ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan: 1) apakah yang
dapat kita kerjakan (jawabannya metafisika) 2)apakah yang seharusnya kita
kerjakan (etika) 3) sampai di manakah harapan kita (agama) 4) apakah yang
dinamakan manusia (antropologi). Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada (Plato). Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (Aristoteles).
v
IMMANUEL KANT
Mengenai
empat persoalan dalam pokok pemikiran Immanuel
Kant ini akan dibahas secara detail. yaitu:
Yang pertama.
Apakah yang dapat kita kerjakan???
Pada
Kant metafisika dipahami sebagai suatu ilmu tentang batas-batas rasionalitas
manusia. Metafisika tidak lagi hendak menyibak dan mengupas prinsip mendasar
segala yang ada tetapi metafisika hendak pertama-tama menyelidiki manusia
(human faculties) sebagai subjek pengetahuan. Disiplin metafisika selama ini
yang mengandaikan adanya korespondensi pikiran dan realitas hingga menafikkan
keterbatasan realitas manusia pada akhirnya direvolusi total oleh Kant. Dalam
diri manusia, menurut Kant, ada fakultas yang berperan dalam menghasilkan
pengetahuan yaitu sensibilitas yang berperan dalam menerima berbagai kesan
inderawai yang tertata dalam ruang dan waktu dan understanding yang memiliki
kategori-kategori yang mengatur dan menyatukan kesan-kesan inderawi menjadi
pengetahuan. pada Kant,
hakikat realitas itu sebenarnya tidak pernah sungguh-sungguh diketahui
(misalnya Tuhan itu sesungguhnya apa? Dunia itu apa?). yang diketahui adalah
gejalahnya, fenomenanya (relitas sebagaimana penampakkannya), sejauh saya
melihatnya (das ding fur mich). Di sini Kant tidak melegitimasi kemampuan akal
budi manusia memahami esensi sebuah realitas tetapi memahami bahwa akal budi
manusia terbatas dalam memeperoleh pengetahuan dibalik segala penampakan.
Yang kedua. apakah
yang seharusnya kita kerjakan (etika)
Etika,
dalam pemikiran Kant sendiri dilatarbelakangi oleh realitas bahwa “rasio murni” (pure reason) yang menghasilkan sains tidak mampu
memasuki wilayah objek noumena, yaitu dunia think in itself. Menurut Kant, rasio dan sains sangat terbatas
dan hanya mengetahui penampakan objek fenomena. Ketika sains memasuki wilayah noumena, yang terjadi ia akan tersesat dan
hilang dalam antinomy. Demikian pula jika rasio memasuki wilayah noumena, ia akan terjebak dan hilang dalam
“paralogisme”. Oleh karena itu, Kant berkeyakinan bahwa untuk memasuki wilayah noumena maka harus menggunakan “akal praktis” (practical
reason). Dari sinilah pemikiran etika Kant muncul.
Disamping
itu, terdapat tiga prinsip dasar dalam etika Kant, yaitu universalitas,
humanitas, dan otonomi. Bagi Kant, tindakan yang baik adalah tindakan yang
sesuai dengan maksim yang dapat menjadi maksim umum dan bersifat universal.
Prinsip universalitas yang mendasari etika Kant dapat kita cermati dari
konsepnya tentang imperatif kategoris. Sedangkan prinsip humanitas dimaksudkan
bahwa etika Kant menempatkan manusia pada posisi yang tinggi.
Pemikiran
Kant, khususnya tentang etika dijelaskan secara gamblang dalam beberapa
karyanya seperti Critique of Practical Reason (1787), The
Metaphysics of Moral (1797), dan karya lainnya yang berbentuk artikel dan
essai yang bertemakan politik, sejarah, dan agama
1.
Imperatif Kategoris
Dalam keseluruhan struktur bangunan pemikiran etika,
Kant senantiasa mendasarkan konsepnya tentang categories imperative, sehingga categories
imperative merupakan produk pemikiran terpenting dalam bidang etika
Kant, bahkan dapat dikatakan sebagai ide dasar bagi bangunan etika Kant. Kerja etika adalah memberi landasan dan aturan
mengenai tingkah laku yang baik dan benar, sebagaimana halnya logika yang mencari
aturan penggunaan akal pikiran secara benar. Etika semacam ini menghasilkan
produk etika universal. Etika murni tersebut bersifat a priori, karena itu terbebas dari pengaruh
yang bersifat empirik. Atas dasar ini, Kant berpendapat bahwa etika universal harus
dilandaskan pada unsur-unsur a priori yang ternyatakan pada kehendak baik (a good will).
2. Legalitas dan Moralitas
Kant membedakan antara tindakan yang
sesuai dengan kewajiban dengan tindakan yang dilakukan demi kewajiban. Tindakan
pertama oleh Kant disebut dengan legalitas, sedang tindakan kedua disebut
dengan moralitas. Legalitas dipahami sebagai kesesuaian suatu tindakan dengan
norma hukum (lahiriah) belaka, sedangkan moralitas adalah kesesuaian sikap dan
perbuatan dengan norma moral (batiniah), yaitu yang dipandang sebagai suatu
kewajiban. Pada legalitas, Kant memandang sebagai suatu tindakan yang belum
bernilai moral karena baru memenuhi norma hukum, belum memenuhi norma moral.
Suatu tindakan yang memenuhi norma moral adalah tindakan yang berdasar pada
maksim formal, bukan maksim material. Bertindak berdasar maksim formal berarti
bertindak berdasarkan prinsip-prinsip yang murni dan a priori,
karena tidak memuat aturan empirik-material, dan karena bersifat mutlak serta
universal (bukan partikukar). Jelas berbeda dengan tindakan yang berdasar pada
maksim material, dimana tindakan dilakukan berdasar subjektifitas untuk
mencapai tujuan tertentu
3. Otonomi Kehendak
Demi
memperoleh kejelasan, Kant menghadapkan prinsip otonomi kehendak dengan
heteronomi kehendak. Prinsip heterenomi kehendak adalah sumber moral palsu,
tidak mampu memberi dasar kewajiban, bahkan lebih banyak melawan kewajiban
bertindak. Prinsip herteronomi kehendak mengakui bahwa keharusan tindakan
dilakukan sebagai sesuatu yang semata-mata berasal dari berbagai hal lain
diluar kehendak manusia sendiri. Karenanya, heteronomi kehendak hanya
menciptakan hypotesis imperative dan bukan categories imperative.
4. Konsep
Kebaikan dan Kebahagiaan (Virtue dan Happiness)
Menurut Kant, antara virtue dengan happiness memiliki
perbedaan yang sangat tegas, walaupun keduanya tidak dapat dipisahkan.
Perbedaannya, kalau virtue bersifat unconditioned, tak
bersyarat, otonom, kategoris, dan universal (berlaku untuk semua orang tanpa
memandang perbedaan agama, suku, ras, atau bangsa), sedangakan happiness bersifat conditioned, bersyarat,
heteronom, hepotesis, dan partikular. Hubuangan antarat virtue dengan happiness adalah
adalah hubungan sebab-akibat, di mana virtue berfungsi sebagai
landasan, sedangkan happiness merupakan konsekuensi yang
menyertai virtue. Hal ini berarti bahwa tanda ada dorongan dalam
diri manusia untuk meraih virtue, maka happiness tidak
memiliki landasan yang kokoh dalam dirinya.
5. Etika dan Agama
Bagi Kant, dengan pemahaman terhadap virtue sebagai
tujuan akhir dari pure practical reason, maka norma moral
mengarah pada agama. Norma moral mengarah pada pengakuan terhadap
kewajiban-kewajiban sebagai perintah Tuhan. Tuhan adalah Yang Maha Sempurna
secara moral, sehingga kehendak dan perintah-Nya juga sempurna secara moral.
Dengan adanya penyelarasan ini, akan diakuilah kewajiban terhadap perintah
Tuhan. Inilah yang oleh Kant diakui sebagai awal mula agama. Untuk
mempertegas pandangannya tentang kaitan agama dengan moral, Kant memperkenalkan
apa yang disebut dengan agama sejati (true religion), yaitu agama yang menyatakan di dalam kewajiban
harus memandang Tuhan sebagai Sang Pemberi hukum universal yang harus
dihormati. Menghormati Tuhan berarti telah menaati hukum moral, yakni bertindak
sesuai kewajiban sebagai perintah-Nya.
Yang ketiga. sampai
di manakah harapan kita (agama) ????
Kant
memandang Agama merupakan pengakuan kewajiban-kewajiban manusia sebagai
perintah Ilahi. Kewajiban diartikannya sebagai keharusan tindakan, karena rasa
hormat terhadap hukum, dalam hal ini moralitas mengarahkan manusia kepada
Agama, melalui pemahaman mengenai kebaikan tertinggi. Kant menjelaskan bahwa
Allah adalah yang sempurna (kudus dan baik) secara moral. Maka kehendak dan
perintah-Nya adalah sempurna juga (kudus dan baik) secara moral. Mengingat
bahwa tujuan moral itu adalah kebaikan tertinggi, padahal kebaikan tertinggi
itu "terdapat" dalam Allah dan hanya bisa dicapai dengan menerima
adanya Allah sebagai postulat, maka-kalau kita mau mencapai tujuan itu-kita
harus menyelaraskan diri dengan kehendak dan perintah Allah yang sempuma secara
moral itu. Dengan adanya penyelarasan inilah kita mengakui kewajiban kita
sebagai perintah Allah. Begitu juga dengan pembagian Agama, Kant memilahnya
menjadi dua macam yakni, agama kodrati dan agama wahyu. Agama kodrati dalam
beberapa kesempatan disebut sebagai kepercayaan moral atau theismus moralis
yang di dalamnya manusia melakukan tindakan demi kewajiban, kita memandang
Allah sebagai pemberi-hukum universal yang dihormati dan penghormatannya
merupakan ketaatan terhadap hukum moral. Immanuel Kant memberikan arti pada
agama wahyu sebagai hasil dari tindakan dan pikiran (refleksi) moral dalam
pengalaman umat manusia. Disini perlunya penyelidikan kritis atas Agama untuk
mendapatkan agama murni. Kant menegaskan bahwa, moral bukanlah suatu ajaran yang
memberitahukan bagaimana agar manusia itu menjadi bahagia, tetapi bagaimana
manusia itu dapat menghargai kebahagiaan. Kant menegaskan bahwa agama berfungsi
sebagai pengabsahan terhadap kebenaran yang berserakan. Juga sebagai gerakan
moral, mencegah manusia dari perilaku salah.
Yang ke empat. Apakah yang dinamakan
manusia (antropologi)???
Kant mengatakan bahwa hanya manusialah
tujuan pada dirinya, dan bukan semata-mata alat atau sarana yang boleh
diperlakukan sewenang-wenang. Di dalam segala tindakan manusia baik yang
ditujukan kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain, manusia harus dipandang
serentak sebagai tujuan. Bagi Kant, manusialah aktor yang mengkonstruksi
dunianya sendiri. Melalui a priori formal, jiwa manusia mengatur data kasar
pengalaman (pengindraan) dan kemudian membangun ilmu-ilmu matematika dan
fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa membangun moralitas. Dan melalui
perasaan (sentiment) manusia menempatkan realitas dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu yang hendak dicapai (finalitas) serta memahami semuanya secara
inheren sebagai yang memiliki tendensi kepada kesatuan (unity).
v HARAPAN
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam
hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing, Misalnya, Budi yang
hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli
mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah
tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk
merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada
usaha orang yang mempunyai harapan, harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik
kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib
selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
v
PENDIDIKAN
Untuk mencapai
harapan yang telah kita inginkan, tidaklah hanya dengan sebuah doa. Karena jika
doa tidak diimbangi dengan usaha maka semua itu akan sia-sia. Salah satu usaha
agar dapat mencapai sebuah harapan yang kita inginkan adalah lewat pendidikan. Dengan pendidikan, kita
dapat mencapai sebuah harapan yang telah kita dambakan. Pendidikan dapat
menghantarkan kita pada sebuah harapan menuju kesuksesan. Pendidikan dapat
merubah apa yang kita inginkan menjadi sebuah kenyataan, bukan hanya sebuah
harapan semata.
Untuk meraih
sebuah kesuksesan, kita haruslah memiliki visi dan misi yang baik dan jelas. Visi
adalah suatu gambaran tentang keadaan atau wujud yang ingin dicapai oleh
seseorang atau lembaga diwaktu yang akan datang. Sedangkan misi adalah
pernyataan mengenai apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita wujudkan
agar dapat mencapai apa yang kita inginkan sesuai dengan visi kita.
v
VISI DAN MISI
Beberapa
contoh mengenai visi seseorang maupun
lembaga adalah:
1.
Visi rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Maju :
Kata dari
maju diartikan bahwa Untirta telah melakukan sebuah pencapaian.
pencapaian yang seperti mengalami pertumbuhan, mengalami peningkatan dan
perubahan secara berkelanjutan dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat , daya dukung sumber
daya dan manajemen serta kerjasama kemitraannya pun telah mengalami kemajuan.
Bermutu :
Kata bermutu
diartikan bahwa telah tercapainya kualitas dari layanan yang kita lakukan
sehingga memberikan kepuasan kepada pelanggan, lulusan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang menguasai Iptek (hard skill), dan mampu berkolaborasi dan
membangun jaringan (networking) dan berkomunkasi atau soft skill menuju
kemajuan bangsa, peradaban dan kesejahteraan umat manusia.
Berdayasaing :
Berdaya
saing membuktikan bahwa telah terwujudnya suatu dorongan dan dukungan pada diri
pendidik di Universitas negeri sultan ageng tirtayasa (dosen, tenaga
kependidikan dan lulusan untuk memenangkan suatu persaingan (kompetisi), lebih
berprestasi, memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, selalu
berusaha menjadi lebih baik dari yang lain, selalu siap dan tahan menghadapi
berbagai kondisi, hambatan dan tantangan yang ada serta mampu
beradaptasi dengan lingkungan.
Berkarakter :
Berkarakter
membuktikan bahwa telah tercapainya sumber daya manusia atau tenaga pendidik
dan kependidikan serta lulusan universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang sangat
baik, menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi dengan menjunjung
tinggi Kejujuran, Amanah, Berwibawa, Adil, Religius dan Akuntabel (JAWARA).
Kebersamaan :
Dalam
mewujudkan misi Untirta perlu terbangun komunikasi kerja di Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa lebih mengutamakan semangat gotong royong, kolegial, saling
pengertian, saling menghargai dan saling menghormati, sebagai sebuah tim kerja
yang menjunjung tinggi solidaritas dan soliditas. Hal ini meniscayakan seluruh
komponen Untirta mulai dari level teratas sampai dengan level terbawah
bersama-sama berkomitmen memberikan karya terbaiknya demi mewujudkan pelayanan
terbaik dan prima kepada pemangku kepentingan.
2. VISI DAN MISI KETUA DAN WAKIL KETUA OSIS
VISI:
Menjadikan SMAK menjadi SMA yang berkualitas,
berprestasi, aktif, inovatif, bertanggung jawab dan dilandasi oleh iman.
MISI:
1. Menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan pada
Tuhan YME melalui pembinaan rohani dan kegiatan keagamaan.
2. Menghasilkan kader yang mampu menunjukkan identitas
dan eksistensi dalam akademik maupun keorganisasian.
3.Menumbuhkan rasa kekeluargaan antar siswa
4.Meningkatkan kedisiplinan siswa dalam berbagai
kegiatan
5.Menegaskan kembali peraturan berkarakter yang melenceng salah satunya seperti cara berpakaian.
5.Menegaskan kembali peraturan berkarakter yang melenceng salah satunya seperti cara berpakaian.
Disini sudah jelas bahwa ketua dan wakil ketua osis ingin menjadikan sekolahnya menjadi sekolah yang mampu diperhitungkan,berhasil, mampu meraih prestasi, dapat menciptakan sekolah yang baik dan bagus serta dapat berperan aktif serta bertanggung jawab sesuai dengan keimanan.
3.
Visi dan misi kepala Desa Blayu
VISI :
“
Terwujudnya masyarakat desa Blayu yang tentram, maju, makmur dan berkeadilan “
MISI :
1. Melanjutkan
program-program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah desa Blayu periode
lalu, sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMDes Desa Blayu.
2. Memberdayakan
semua potensi yang ada di masyarakat, yang meliputi :
a. Pemberdayaan
sumber daya manusia (SDM)
b. Pemberdayaan
sumber daya alam (SDA), dan
c. Pemberdayaan
ekonomi kerakyatan
Dalam visi dan misi kepala desa Blayu ini dapat
disimpulkan bahwa beliau ingin menjadIkan desa Blayu menjadi
desa yang tentram, aman, maju dan makmur. Selain itu kepala desa Blayu juga
akan memberdayakan sumber daya alam, suber daya manusia dan ekonomi kerakyatan
di desa Blayu.
4.
Visi dan misi Ridwan Kamil-Oded
Danial
Visi
pasangan ini adalah menciptakan kenyamanan, unggul dari berbagai segi, dan
menyejahterakan masyarakat. Misinya adalah melakukan penataan ruang, tata
kelola pemerintah yang transparan, membangun masyarakat mandiri, dan membangun
perekonomian yang kokoh.
5.
VISI dab MISI PT. ANGKASA PURA
VISI
Menjadi pengelola bandar udara kelas dunia yang terkemuka dan
profesional.
Untuk
mewujudkan visi tersebut, Angkasa Pura II bertekad melakukan transformasi
secara menyeluruh dan bertahap selama lima tahun pertama
MISI
§ Mengelola jasa bandar
udara kelas dunia dengan mengutamakan tingkat keselamatan, keamanan, dan
kenyamanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
§ Mengembangkan SDM dan
budaya Perusahaan yang berkinerja tinggi dengan menerapkan sistem manajemen
kelas dunia
§ Mengoptimalkan strategi
pertumbuhan bisnis secara menguntungkan untuk meningkatkan nilai pemegang saham
serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemangku kepentingan lainnya
§ Menjalin kerjasama yang
saling menguntungkan dengan mitra usaha dan mitra kerja serta mengembangkan
secara sinergis dalam pengelolaan jasa bandar udara
§ Memberikan nilai tambah
yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan
v HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
Hubungan antara filsafat dan
pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun
atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan
membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan
berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang
disebut dengan filsafat pendidikan.
Sebagaimaan telah dikemukakan bahwa tidak semua
masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah
semata-mata. Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang
merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis
pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan
tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan
pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut,
dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.
Disamping itu jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran
filsafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan
yangdihadapinya menunjukan pandangan-pandangan tertentu, yang tentunya juga
akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan
fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori
pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah
merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan
dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara
itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu objek, misalnya
filsafat idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya, akan mewarnai
pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang
dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan
bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori yang dikembangkan atas dasar
aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan
–pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof, tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang
dianutnya.
2. Filsafat ,
juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan
oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan lairan filsafat
tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar
teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut
bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan
kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara
filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang bersifat suplementer,
sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya: “ Antara
Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut:
“Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya
dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan
tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakiki manusia, serta konsepsi
hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b. Kegiatan
merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang
meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan
dan metodologi pendidikan dan pengajaran.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan,
yaitu: filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara
keduanya adalah yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan
oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi
tertentu”
DAFTAR PUSTAKA
https://jalanpencerahan.wordpress.com/2010/12/16/filsafat-metafisika-immanuel-kant/
dikases 22.04 WIB
http://digilib.uin-suka.ac.id/9412/ diakses 22. 21 WIB
http://supriadisiburian.blogspot.co.id/2012/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html diakses 22.36 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar