Sabtu, 31 Desember 2016

gabungan tugas mata kuliah filsafat (UAS FILSAFAT)


v  DEFINISI FILSAFAT
filsafat merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang bersifat menyeluruh tentang manusia, alam, dan Tuhan untuk sampai kepada hal yang sangat detail dan mendasar. Filsafat itu ilmu yang mempelajari   seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. filsafat tidak menggunakan dasar secara empiris atau tidak berdasar pada pengalaman Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Dengan berfilsafat kita dapat mendalami ilmu melalui pertanyaan yang tidak ada batasnya. Berfilsafat juga dapat membuat pengetahuan kita semakin bertambah, karena filsafat itu selalu mencari tahu dan mencari kebenaran sehingga kita mendapat banyak pengetahuan.
Istilah "filsafat" juga dapat ditinjau dari dua segi, yakni: 
1.      Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Definisi Filsafat menurut para ahli:
1.       Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Immanuel Kant (1724 -1804):  ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan: 1) apakah yang dapat kita kerjakan (jawabannya metafisika) 2)apakah yang seharusnya kita kerjakan (etika) 3) sampai di manakah harapan kita (agama) 4) apakah yang dinamakan manusia (antropologi). Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada (Plato). Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (Aristoteles).
v IMMANUEL KANT
Mengenai empat persoalan dalam pokok pemikiran Immanuel Kant ini akan dibahas secara detail. yaitu:
Yang pertama. Apakah yang dapat kita kerjakan???
Pada Kant metafisika dipahami sebagai suatu ilmu tentang batas-batas rasionalitas manusia. Metafisika tidak lagi hendak menyibak dan mengupas prinsip mendasar segala yang ada tetapi metafisika hendak pertama-tama menyelidiki manusia (human faculties) sebagai subjek pengetahuan. Disiplin metafisika selama ini yang mengandaikan adanya korespondensi pikiran dan realitas hingga menafikkan keterbatasan realitas manusia pada akhirnya direvolusi total oleh Kant. Dalam diri manusia, menurut Kant, ada fakultas yang berperan dalam menghasilkan pengetahuan yaitu sensibilitas yang berperan dalam menerima berbagai kesan inderawai yang tertata dalam ruang dan waktu dan understanding yang memiliki kategori-kategori yang mengatur dan menyatukan kesan-kesan inderawi menjadi pengetahuan.  pada Kant, hakikat realitas itu sebenarnya tidak pernah sungguh-sungguh diketahui (misalnya Tuhan itu sesungguhnya apa? Dunia itu apa?). yang diketahui adalah gejalahnya, fenomenanya (relitas sebagaimana penampakkannya), sejauh saya melihatnya (das ding fur mich). Di sini Kant tidak melegitimasi kemampuan akal budi manusia memahami esensi sebuah realitas tetapi memahami bahwa akal budi manusia terbatas dalam memeperoleh pengetahuan dibalik segala penampakan.

Yang kedua. apakah yang seharusnya kita kerjakan (etika)
Etika, dalam pemikiran Kant sendiri dilatarbelakangi oleh realitas bahwa “rasio murni” (pure reason) yang menghasilkan sains tidak mampu memasuki wilayah objek noumena, yaitu dunia think in itself. Menurut Kant, rasio dan sains sangat terbatas dan hanya mengetahui penampakan objek fenomena. Ketika sains memasuki wilayah noumena, yang terjadi ia akan tersesat dan hilang dalam antinomy. Demikian pula jika rasio memasuki wilayah noumena, ia akan terjebak dan hilang dalam “paralogisme”. Oleh karena itu, Kant berkeyakinan bahwa untuk memasuki wilayah noumena maka harus menggunakan “akal praktis” (practical reason). Dari sinilah pemikiran etika Kant muncul.
Disamping itu, terdapat tiga prinsip dasar dalam etika Kant, yaitu universalitas, humanitas, dan otonomi. Bagi Kant, tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan maksim yang dapat menjadi maksim umum dan bersifat universal. Prinsip universalitas yang mendasari etika Kant dapat kita cermati dari konsepnya tentang imperatif kategoris. Sedangkan prinsip humanitas dimaksudkan bahwa etika Kant menempatkan manusia pada posisi yang tinggi.
Pemikiran Kant, khususnya tentang etika dijelaskan secara gamblang dalam beberapa karyanya seperti Critique of Practical Reason (1787), The Metaphysics of Moral (1797), dan karya lainnya yang berbentuk artikel dan essai yang bertemakan politik, sejarah, dan agama
1.      Imperatif Kategoris
Dalam keseluruhan struktur bangunan pemikiran etika, Kant senantiasa mendasarkan konsepnya tentang categories imperative, sehingga categories imperative merupakan produk pemikiran terpenting dalam bidang etika Kant, bahkan dapat dikatakan sebagai ide dasar bagi bangunan etika Kant. Kerja etika adalah memberi landasan dan aturan mengenai tingkah laku yang baik dan benar, sebagaimana halnya logika yang mencari aturan penggunaan akal pikiran secara benar. Etika semacam ini menghasilkan produk etika universal. Etika murni tersebut bersifat a priori, karena itu terbebas dari pengaruh yang bersifat empirik. Atas dasar ini, Kant berpendapat bahwa etika universal harus dilandaskan pada unsur-unsur a priori yang ternyatakan pada kehendak baik (a good will).
2.      Legalitas dan Moralitas
Kant membedakan antara tindakan yang sesuai dengan kewajiban dengan tindakan yang dilakukan demi kewajiban. Tindakan pertama oleh Kant disebut dengan legalitas, sedang tindakan kedua disebut dengan moralitas. Legalitas dipahami sebagai kesesuaian suatu tindakan dengan norma hukum (lahiriah) belaka, sedangkan moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma moral (batiniah), yaitu yang dipandang sebagai suatu kewajiban. Pada legalitas, Kant memandang sebagai suatu tindakan yang belum bernilai moral karena baru memenuhi norma hukum, belum memenuhi norma moral. Suatu tindakan yang memenuhi norma moral adalah tindakan yang berdasar pada maksim formal, bukan maksim material. Bertindak berdasar maksim formal berarti bertindak berdasarkan prinsip-prinsip yang murni dan a priori, karena tidak memuat aturan empirik-material, dan karena bersifat mutlak serta universal (bukan partikukar). Jelas berbeda dengan tindakan yang berdasar pada maksim material, dimana tindakan dilakukan berdasar subjektifitas untuk mencapai tujuan tertentu
3.      Otonomi Kehendak
Demi memperoleh kejelasan, Kant menghadapkan prinsip otonomi kehendak dengan heteronomi kehendak. Prinsip heterenomi kehendak adalah sumber moral palsu, tidak mampu memberi dasar kewajiban, bahkan lebih banyak melawan kewajiban bertindak. Prinsip herteronomi kehendak mengakui bahwa keharusan tindakan dilakukan sebagai sesuatu yang semata-mata berasal dari berbagai hal lain diluar kehendak manusia sendiri. Karenanya, heteronomi kehendak hanya menciptakan hypotesis imperative dan bukan categories imperative.
4.      Konsep Kebaikan dan Kebahagiaan (Virtue dan Happiness)
Menurut Kant, antara virtue dengan happiness memiliki perbedaan yang sangat tegas, walaupun keduanya tidak dapat dipisahkan. Perbedaannya, kalau virtue bersifat unconditioned, tak bersyarat, otonom, kategoris, dan universal (berlaku untuk semua orang tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras, atau bangsa), sedangakan happiness bersifat conditioned, bersyarat, heteronom, hepotesis, dan partikular. Hubuangan antarat virtue dengan happiness adalah adalah hubungan sebab-akibat, di mana virtue berfungsi sebagai landasan, sedangkan happiness merupakan konsekuensi yang menyertai virtue. Hal ini berarti bahwa tanda ada dorongan dalam diri manusia untuk meraih virtue, maka happiness tidak memiliki landasan yang kokoh dalam dirinya.
5.      Etika dan Agama
Bagi Kant, dengan pemahaman terhadap virtue sebagai tujuan akhir dari pure practical reason, maka norma moral mengarah pada agama. Norma moral mengarah pada pengakuan terhadap kewajiban-kewajiban sebagai perintah Tuhan. Tuhan adalah Yang Maha Sempurna secara moral, sehingga kehendak dan perintah-Nya juga sempurna secara moral. Dengan adanya penyelarasan ini, akan diakuilah kewajiban terhadap perintah Tuhan. Inilah yang oleh Kant diakui sebagai awal mula agama. Untuk mempertegas pandangannya tentang kaitan agama dengan moral, Kant memperkenalkan apa yang disebut dengan agama sejati (true religion), yaitu agama yang menyatakan di dalam kewajiban harus memandang Tuhan sebagai Sang Pemberi hukum universal yang harus dihormati. Menghormati Tuhan berarti telah menaati hukum moral, yakni bertindak sesuai kewajiban sebagai perintah-Nya.
Yang ketiga. sampai di manakah harapan kita (agama) ????
Kant memandang Agama merupakan pengakuan kewajiban-kewajiban manusia sebagai perintah Ilahi. Kewajiban diartikannya sebagai keharusan tindakan, karena rasa hormat terhadap hukum, dalam hal ini moralitas mengarahkan manusia kepada Agama, melalui pemahaman mengenai kebaikan tertinggi. Kant menjelaskan bahwa Allah adalah yang sempurna (kudus dan baik) secara moral. Maka kehendak dan perintah-Nya adalah sempurna juga (kudus dan baik) secara moral. Mengingat bahwa tujuan moral itu adalah kebaikan tertinggi, padahal kebaikan tertinggi itu "terdapat" dalam Allah dan hanya bisa dicapai dengan menerima adanya Allah sebagai postulat, maka-kalau kita mau mencapai tujuan itu-kita harus menyelaraskan diri dengan kehendak dan perintah Allah yang sempuma secara moral itu. Dengan adanya penyelarasan inilah kita mengakui kewajiban kita sebagai perintah Allah. Begitu juga dengan pembagian Agama, Kant memilahnya menjadi dua macam yakni, agama kodrati dan agama wahyu. Agama kodrati dalam beberapa kesempatan disebut sebagai kepercayaan moral atau theismus moralis yang di dalamnya manusia melakukan tindakan demi kewajiban, kita memandang Allah sebagai pemberi-hukum universal yang dihormati dan penghormatannya merupakan ketaatan terhadap hukum moral. Immanuel Kant memberikan arti pada agama wahyu sebagai hasil dari tindakan dan pikiran (refleksi) moral dalam pengalaman umat manusia. Disini perlunya penyelidikan kritis atas Agama untuk mendapatkan agama murni. Kant menegaskan bahwa, moral bukanlah suatu ajaran yang memberitahukan bagaimana agar manusia itu menjadi bahagia, tetapi bagaimana manusia itu dapat menghargai kebahagiaan. Kant menegaskan bahwa agama berfungsi sebagai pengabsahan terhadap kebenaran yang berserakan. Juga sebagai gerakan moral, mencegah manusia dari perilaku salah.
Yang ke empat. Apakah yang dinamakan manusia (antropologi)???
Kant mengatakan bahwa hanya manusialah tujuan pada dirinya, dan bukan semata-mata alat atau sarana yang boleh diperlakukan sewenang-wenang. Di dalam segala tindakan manusia baik yang ditujukan kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain, manusia harus dipandang serentak sebagai tujuan. Bagi Kant, manusialah aktor yang mengkonstruksi dunianya sendiri. Melalui a priori formal, jiwa manusia mengatur data kasar pengalaman (pengindraan) dan kemudian membangun ilmu-ilmu matematika dan fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa membangun moralitas. Dan melalui perasaan (sentiment) manusia menempatkan realitas dalam hubungannya dengan tujuan tertentu yang hendak dicapai (finalitas) serta memahami semuanya secara inheren sebagai yang memiliki tendensi kepada kesatuan (unity).

v   HARAPAN
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing, Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
v    PENDIDIKAN
Untuk mencapai harapan yang telah kita inginkan, tidaklah hanya dengan sebuah doa. Karena jika doa tidak diimbangi dengan usaha maka semua itu akan sia-sia. Salah satu usaha agar dapat mencapai sebuah harapan yang kita inginkan adalah lewat pendidikan. Dengan pendidikan, kita dapat mencapai sebuah harapan yang telah kita dambakan. Pendidikan dapat menghantarkan kita pada sebuah harapan menuju kesuksesan. Pendidikan dapat merubah apa yang kita inginkan menjadi sebuah kenyataan, bukan hanya sebuah harapan semata.
Untuk meraih sebuah kesuksesan, kita haruslah memiliki visi dan misi yang baik dan jelas. Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan atau wujud yang ingin dicapai oleh seseorang atau lembaga diwaktu yang akan datang. Sedangkan misi adalah pernyataan mengenai apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita wujudkan agar dapat mencapai apa yang kita inginkan sesuai dengan visi kita.
v  VISI DAN MISI
Beberapa contoh mengenai visi seseorang maupun lembaga adalah:
1.    Visi rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Maju : 
Kata dari maju diartikan bahwa Untirta telah  melakukan sebuah pencapaian. pencapaian yang seperti mengalami pertumbuhan, mengalami peningkatan dan perubahan secara berkelanjutan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat , daya dukung sumber daya dan manajemen serta kerjasama kemitraannya pun telah mengalami kemajuan.
Bermutu :
Kata bermutu diartikan bahwa telah tercapainya kualitas dari layanan yang kita lakukan sehingga memberikan kepuasan kepada pelanggan, lulusan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang menguasai Iptek (hard skill), dan mampu berkolaborasi dan membangun jaringan (networking) dan berkomunkasi atau soft skill menuju kemajuan bangsa, peradaban dan kesejahteraan umat manusia.
Berdayasaing :
Berdaya saing membuktikan bahwa telah terwujudnya suatu dorongan dan dukungan pada diri pendidik di Universitas negeri sultan ageng tirtayasa (dosen, tenaga kependidikan dan lulusan untuk memenangkan suatu persaingan (kompetisi), lebih berprestasi, memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, selalu berusaha menjadi lebih baik dari yang lain, selalu siap dan tahan menghadapi berbagai kondisi, hambatan dan tantangan yang ada  serta mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Berkarakter : 
Berkarakter membuktikan bahwa telah tercapainya sumber daya manusia atau tenaga pendidik dan kependidikan serta lulusan universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang sangat baik,  menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi dengan menjunjung tinggi Kejujuran, Amanah, Berwibawa, Adil, Religius dan Akuntabel (JAWARA).
Kebersamaan :
Dalam mewujudkan misi Untirta perlu terbangun komunikasi kerja di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa lebih mengutamakan semangat gotong royong, kolegial, saling pengertian, saling menghargai dan saling menghormati, sebagai sebuah tim kerja yang menjunjung tinggi solidaritas dan soliditas. Hal ini meniscayakan seluruh komponen Untirta mulai dari level teratas sampai dengan level terbawah bersama-sama berkomitmen memberikan karya terbaiknya demi mewujudkan pelayanan terbaik dan prima kepada pemangku kepentingan.

2.      VISI DAN MISI KETUA DAN WAKIL KETUA OSIS

VISI:
Menjadikan SMAK menjadi SMA yang berkualitas, berprestasi, aktif, inovatif, bertanggung jawab dan dilandasi oleh iman.

MISI:
1. Menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan YME melalui pembinaan rohani dan kegiatan keagamaan.
2. Menghasilkan kader yang mampu menunjukkan identitas dan eksistensi dalam akademik maupun keorganisasian.
3.Menumbuhkan rasa kekeluargaan antar siswa
4.Meningkatkan kedisiplinan siswa dalam berbagai kegiatan
 5.Menegaskan kembali peraturan berkarakter yang melenceng salah satunya seperti cara berpakaian.

Disini sudah jelas bahwa ketua dan wakil ketua osis ingin menjadikan sekolahnya menjadi sekolah yang mampu diperhitungkan,berhasil, mampu meraih prestasi, dapat menciptakan sekolah yang baik dan bagus serta dapat berperan aktif serta bertanggung jawab sesuai dengan keimanan.

3.      Visi dan misi kepala Desa Blayu
VISI :
“ Terwujudnya masyarakat desa Blayu yang tentram, maju, makmur dan berkeadilan “

MISI :
1. Melanjutkan program-program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah desa Blayu periode lalu, sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMDes Desa Blayu.

2. Memberdayakan semua potensi yang ada di masyarakat, yang meliputi :
a. Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM)
b. Pemberdayaan sumber daya alam (SDA), dan
c. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan

Dalam visi dan misi kepala desa Blayu ini dapat disimpulkan bahwa beliau ingin menjadIkan desa Blayu menjadi desa yang tentram, aman, maju dan makmur. Selain itu kepala desa Blayu juga akan memberdayakan sumber daya alam, suber daya manusia dan ekonomi kerakyatan di desa Blayu.
4.      Visi dan misi Ridwan Kamil-Oded Danial
Visi pasangan ini adalah menciptakan kenyamanan, unggul dari berbagai segi, dan menyejahterakan masyarakat. Misinya adalah melakukan penataan ruang, tata kelola pemerintah yang transparan, membangun masyarakat mandiri, dan membangun perekonomian yang kokoh.
5.      VISI dab MISI PT. ANGKASA PURA
VISI
Menjadi pengelola bandar udara kelas dunia yang terkemuka dan profesional.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Angkasa Pura II bertekad melakukan transformasi secara menyeluruh dan bertahap selama lima tahun pertama
MISI

§  Mengelola jasa bandar udara kelas dunia dengan mengutamakan tingkat keselamatan, keamanan, dan kenyamanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan

§  Mengembangkan SDM dan budaya Perusahaan yang berkinerja tinggi dengan menerapkan sistem manajemen kelas dunia

§  Mengoptimalkan strategi pertumbuhan bisnis secara menguntungkan untuk meningkatkan nilai pemegang saham serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemangku kepentingan lainnya

§  Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra usaha dan mitra kerja serta mengembangkan secara sinergis dalam pengelolaan jasa bandar udara

§  Memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan

 

v  HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Sebagaimaan telah dikemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan. Disamping itu jawaban-jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yangdihadapinya menunjukan pandangan-pandangan tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan.

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu objek, misalnya filsafat idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya,  akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan –pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya.
2.   Filsafat , juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan lairan filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah dalam bukunya: “ Antara Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut:
            “Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
a.                Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakiki manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan dan metodologi pendidikan dan pengajaran.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu: filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya adalah yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu”


DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar