Siapa yang tahu soal masa depan?
Bagaimana kita bersikap pada apa yang belum pasti di depan? Inilah pertanyaan
yang menghantui dunia kita yang semakin banyak tantangan. Ditekan oleh
tantangan jaman, kita seringkali berubah menjadi pengecut yang selalu
gelagapan.
Itulah yang
terjadi di Indonesia. Banyak orang khawatir akan masa depan hidupnya. Bisnis
asuransi masa depan menjamur dan membuat banyak orang terjerat di dalam
jaring-jaringnya. Baik sebagai individual warga negara, ataupun sebagai bangsa,
kita takut akan masa depan, dan kehilangan pegangan dasar.
Nilai-nilai dasar yang membuat kita
manusiawi lenyap tak terasa. Di hadapan tantangan ketidakpastian, kita membuang
nilai-nilai hidup yang membuat kita berharga pada awalnya. Kita menjadi
pengecut-pengecut yang takut pada gerak dunia. Pada akhirnya kita pun lenyap,
karena lupa akan identitas asali kita.
Di dalam hidup mayoritas yang kita alami
bukanlah peristiwa besar, melainkan peristiwa yang biasa-biasa saja. Kita
menjalani rutinitas yang selalu sama. Rasa jemu pun datang tak diminta. Di
dalam kejemuan semua yang kita anggap berharga seolah tak lagi bermakna.
Di sisi lain kita seringkali mengalami
peristiwa-peristiwa luar biasa, entah mengalami krisis kegagalan, atau
keberhasilan yang menyenangkan hati. Dunia seolah dihempas ke arah-arah
ekstrem, tanpa bisa kita kuasai. Hati terus dipenuhi dengan sensasi. Hari- hari
pun terasa berwarna-warni.
Ketika kita jemu, krisis, ataupun ceria
di dalam keberhasilan, kita seringkali lupa tentang nilai-nilai dasar hidup
yang sejati. Akibatnya kebingungan pun tercipta, dan merusak ketenangan diri.
Tujuan hidup sejati yang terlupa, dan orang sibuk pada hal-hal yang tidak
sejati. Pada akhirnya ia merasa hampa dan tak bahagia.
Supaya itu tak terjadi, ada dua hal yang
tetap harus dijaga, yakni kesetiaan pada nilai-nilai dasar hidup, dan kemampuan
untuk bertahan menghadapi gejolak, ataupun kejemuan. Nilai-nilai hidup adalah
yang membuat kita awalnya menjadi manusia, dan bukan binatang ataupun tumbuhan.
Adapun nilai-nilai itu adalah hormat pada martabat manusia, keteguhan hati di
tengah badai ataupun kejemuan, keberanian menyatakan apa yang benar, dan
keberanian untuk bertindak apa yang baik, lepas dari apapun yang mengancam.
Tanpa nilai-nilai hidup itu, kita tidak bisa disebut sebagai manusia seutuhnya.
Manusia perlu untuk selalu menjadi
tujuan, apapun yang terjadi. Ia tidak pernah boleh menjadi alat bagi tujuan
apapun di luar dirinya. Manusia bukan barang ataupun alat yang bisa
dimanfaatkan. Inilah nilai pertama yang selalu harus dipegang.
Di Indonesia manusia seringkali
dimanfaatkan. Manusia seringkali menjadi alat bagi tujuan-tujuan tertentu di
luar dirinya, entah sebagai alat pencari uang, atau peraih kekuasaan. Seperti
hewan ataupun tumbuhan, manusia diperas demi kepentingan manusia lain yang
merasa lebih punya kekuatan. Ini tidak boleh dibiarkan.
Di sisi lain keteguhan hati juga amat
diperlukan, supaya orang bisa mencapai tujuan hidupnya. Keteguhan hati
tergambar di dalam kesetiaan pada prinsip dan profesi, lepas dari apapun yang
ada di depan mata. Keteguhan hati adalah integritas manusia yang membuat ia
terus utuh dan berharga di dalam hidupnya.
Di Indonesia kita seringkali tak punya
keteguhan hati yang cukup perkasa. Yang kita punya adalah pertimbangan jangka
pendek yang akan segera melepaskan keteguhan hati pada prinsip hidup, ketika
kesempatan datang menarik mata. Kita adalah para pencari kesempatan di tengah
kesempitan hidup, dan tak pernah beranjak menjadi bijaksana. Ini juga tidak
bisa dibiarkan terus ada.
Dengan kesadaran yang mendalam akan
martabat manusia, serta dibarengi keteguhan hati di dalam krisis ataupun
kejemuan, orang akan dimungkinkan untuk selalu memilih apa yang baik, dan
bertindak yang benar di dalam hidupnya. Dengan bekal ini orang tak perlu takut
akan masa depan yang tak pasti, dan kesulitan yang selalu ada. Nilai-nilai ini
akan menyelamatkan hidupnya, dan membuatnya tumbuh menjadi bijaksana.
Tanpa penghormatan pada martabat manusia
dan keteguhan hati, orang akan terombang-ambing di dalam gerak jaman.
Integritas dirinya akan lenyap, dan ia akan nilai-nilai sejati hidupnya. Pada
akhirnya ia akan hancur dan tak berdaya. Oleh karena itu ia perlu berubah, dan
mengingat kembali apa yang sungguh penting di dalam hidupnya, sebelum semuanya
terlambat.
Inilah jalan untuk menjadi manusia yang
seutuhnya. Di dalam proses orang akan memperoleh banyak hal yang berharga.
Kesulitan akan datang namun bahagia pun akan turut serta. Di akhir hidup orang
akan bisa berkata pada dirinya, saya telah menjalani hidup dengan baik, dan
saya bahagia. Saya rasa itulah tujuan hidup setiap manusia.
Sumber:
Penulis
adalah Dosen Filsafat Politik, Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala, Surabaya
aliefmaksum.com
Oleh
Reza A.A Wattimena
https://rumahfilsafat.com/2011/07/24/masa-depan-dan-nilai-nilai-hidup-kita/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar