v DEFINISI FILSAFAT
filsafat
merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang
bersifat menyeluruh tentang manusia, alam, dan Tuhan untuk sampai kepada hal
yang sangat detail dan mendasar. Filsafat itu ilmu yang mempelajari
seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. filsafat tidak menggunakan dasar secara empiris atau
tidak berdasar pada pengalaman Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Dengan berfilsafat kita dapat mendalami ilmu melalui
pertanyaan yang tidak ada batasnya. Berfilsafat juga dapat membuat pengetahuan
kita semakin bertambah, karena filsafat itu selalu mencari tahu dan mencari
kebenaran sehingga kita mendapat banyak pengetahuan.
Istilah "filsafat" juga dapat
ditinjau dari dua segi, yakni:
1. Segi semantik: perkataan
filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani,
'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' =
pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah
orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,
mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2. Segi praktis: dilihat
dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam
berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf".
Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum
semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah
filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang
manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
hakikat kebenaran segala sesuatu.
Definisi Filsafat menurut para ahli:
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid
Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang
segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM)
mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di
dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Immanuel Kant (1724 -1804): ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan: 1) apakah yang
dapat kita kerjakan (jawabannya metafisika) 2)apakah yang seharusnya kita
kerjakan (etika) 3) sampai di manakah harapan kita (agama) 4) apakah yang
dinamakan manusia (antropologi). Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada (Plato). Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (Aristoteles).
v
IMMANUEL KANT
Mengenai
empat persoalan dalam pokok pemikiran Immanuel
Kant ini akan dibahas secara detail. yaitu:
Yang pertama.
Apakah yang dapat kita kerjakan???
Pada
Kant metafisika dipahami sebagai suatu ilmu tentang batas-batas rasionalitas
manusia. Metafisika tidak lagi hendak menyibak dan mengupas prinsip mendasar
segala yang ada tetapi metafisika hendak pertama-tama menyelidiki manusia
(human faculties) sebagai subjek pengetahuan. Disiplin metafisika selama ini
yang mengandaikan adanya korespondensi pikiran dan realitas hingga menafikkan
keterbatasan realitas manusia pada akhirnya direvolusi total oleh Kant. Dalam
diri manusia, menurut Kant, ada fakultas yang berperan dalam menghasilkan
pengetahuan yaitu sensibilitas yang berperan dalam menerima berbagai kesan
inderawai yang tertata dalam ruang dan waktu dan understanding yang memiliki
kategori-kategori yang mengatur dan menyatukan kesan-kesan inderawi menjadi
pengetahuan. pada Kant,
hakikat realitas itu sebenarnya tidak pernah sungguh-sungguh diketahui
(misalnya Tuhan itu sesungguhnya apa? Dunia itu apa?). yang diketahui adalah
gejalahnya, fenomenanya (relitas sebagaimana penampakkannya), sejauh saya
melihatnya (das ding fur mich). Di sini Kant tidak melegitimasi kemampuan akal
budi manusia memahami esensi sebuah realitas tetapi memahami bahwa akal budi
manusia terbatas dalam memeperoleh pengetahuan dibalik segala penampakan.