Filsafat Aristoteles
berkembang dalam tiga tahapan, pertama adalah ketika dia masih
belajar di Akademi Plato ialah masa dimana pemikiran Aristoteles masih
memiliki kedekatan pemikiran dengan Plato. Kedua adalah ketika
ia mengembara. Dan ketiga adalah ketika ia memimpin Lyceum,
yakni masa dimana ia menulis karyanya yang membahas masalah logika, yang
dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting.
Terdapat perubahan yang radikal dalam pola pemikiran
filsafat Aristoteles. Misalkan, pada pemikiran Plato dimana
ia menyatakan realitas tertinggi adalah apa yang kita pikirkan dengan akal
kita, maka sangat berbeda dengan pemikiran Aristoteles yang
menyatakan realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera atau
mata kita
Meski demikian, Aristoteles tidak menyangkal bahwa
manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, yakni bukan sekedar akal yang masuk
dan terbentuk melalui penginderaan mata maupun telinga. Dan akal inilah yang
bagi Aristoteles merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk
hidup lain. Bagi Aristoteles, akal atau kesadaran manusia adalah
kosong, sampai ia mengalami sesuatu, sehingga bagi Aristoteles tidak ada
Idea-bawaan seperti yang dikemukakan Plato.
Pemikiran Filsafat Aristoteles hingga saat ini menjadi
sangat penting. Pengaruhnya-pun terasa hingga kini. Hal ini berkat pemikiran
filsafat yang dikemukakan Aristoteles berpangkal pada pengamatan dan
pengumpulan data, sehingga dengan sangat baik Aristoteles berhasil
menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan
rasional-deduktif tersebut diatas.
Pemikiran Filsafat Aristoteles dapat dikatakan sebagai
salah pemikiran yang orisinal, ia adalah salah satu penyumbang utama dalam
bidang Filsafat Spekulatif.
Aristoteles memiliki pemikiran bahwa materi tidak
mungkin tanpa bentuk karena ia ada(eksis), hal ini merupakan pemikiran yang berlawanan
dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda. Pemikiran
lain Aristoteles adalah tentang gerak, dimana ia mengatakan bahwa semua
benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak
teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada
penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba
pada penggerak pertama yang tak bergerak, yang kemudian disebut dengan theos,
yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles
Logika Aristoteles ialah suatu sistem berpikir
deduktif (deductive reasoning), sebuah metode berpikir yang bahkan sampai saat
ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Walau
demikian, dalam pwnwlitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductiv thinking).
Ada pula silogisme yang merupakan salah satu kerangka
berfikir yang menjadi sumbangsih penting Aristoteles yang dapat digunakan dalam
penarikan kesimpulan baru yang tepat drai fakta – fakta yang telah ada. Misalkan
terdapat dua pernyataan (premis) :
1. Setiap manusia
pasti akan mati (premis mayor)
2. Sokrates adalah
manusia (premis minor)
3. Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa sokrates pasti akan mati
Sumber: http://www.si-pedia.com/2014/12/biografi-aristoteles-dan-pemikiran-filsafat-nya.html
Diakses pukul 09.32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar