Pemahaman
terhadap dewey menjadi jelas jika menelusuri pandangannya mengenai pemikiran,
pengalaman, dan pengetahuan. John Dewey dianggap seorang empiris karena baginya,
pemikiran harus berpijak pada penggalaman (experience), dan bergerak kembali
menuju ke pengalaman-pengalaman. Jadi, baginya titik tuju dan titik tolak dari
pemikiran adalah pengalaman. Pada mulanya pemikiran bangkit karena adanya
pengalaman (cth; yang menyulitkan) dan pada akhirnya pemekiran membuat
pemecahan yang akan mempunyai akibat merubah situasi, yang berarti juga
pengalaman itu selanjutnya( yang akan datang).
Konsep
kunci filsafat Dewey adalah pengalaman. Filsafat harus berpangkal pada pengalaman-pengalaman
dan menyelidiki serta menolah pengalaman itu secara aktif kritis. Karena itu,
bagi Dewey seorang filsuf harus peka akan pentingnya pengalaman. Pada awalnya
Dewey tertarik pada teori pengalaman yang dikembangkan oleh kaum Hegelian,
tetapi kemudian ia mengembangkan suatu teori semacam neo-empirisme. Ada 3 hal
pemikiran pokok mengenai pengalaman yang menurut Dewey diabaikan oleh para
pemikir idealis, yakni:
1. Pengabaian terhadap pengalaman bertindak.
2. penolakannya terhadap gagasan mengenai suatu hal yang merupakan kesatuan
yang menyeluruh.
3. anggapannya bahwa kaum Hegelian dan idealis mengenai kodrat alam yang
terlalu mengeneralisasikan sehingga menuntun pada proyeksi kosmis yang keliru.
Dengan
meninggalkan pemikiran Hegelian ini, Dewey kemudian beranggapan bahwa
pengalaman merupakan interaksi suatu organisme dan lingkungan, alam dan
masyarakatnya. Menurutnya pengalaman merupakan
pertemuan non-reflektif dengan suatu situasi seperti halnya makan donat,
menikmati pemandangan, dan bercanda dengan teman.
Pengalaman
sangat erat kaitannya dengan proses berpikir. Karena proses berpikir pada
akhirnya tertuju pada pengalaman tersebut. Gerak pemikiran manusia dibangkitkan
dengan suatu keadaan yang menimbulkan permasalahan di dunia sekitar kita dan
gerak itu berakhir dalam berbagai perubahan. Pengalaman langsung bukanlah soal
pengetahuan yang mengandung di dalamnya pemisahan antara subjek dan objek,
pemisahan antara pelaku dan sasarannya[1]. Dalam pengalaman keduanya dipersatukan. Kalau
terjadi pemisahan antara pelaku dan objek, hal itu bukan merupakan pengalaman,
melainkan suatu hasil refleksi atas pengalaman tadi.
Menurut
Dewey ada 2 hal yang mempengaruhi lahirnya konsep baru mengenai pengalaman dan
relasinya dalam pengalaman dan penalaran. Pertama, perubahan mengenai kodrat
pengalaman itu sendiri. Kedua, perkembangan suatu bidang psikologi yang
berlandaskan pada biologi. Perkembangan biologi membuat segala sesuatu menjadi
berubah. Prinsipnya kalau ada kehidupan pastilah ada tingkah laku dan tindakan.
Namun penyesuaian diri itu bukanlah suatu hal yang pasif tetapi aktif, sebab
organisme bertindak terhadap lingkungan tersebut dengan memberikan perubahan
terhadapnya sesuai dengan usahanya dalam mempertahankan kehidupan dan
menghadapi lingkungannya. Dalam hal ini pengalaman merupakan proses timbal
balik dan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dan lingkungannya dalam
rangka menuju ke kehidupan yang lebih baik. Bagi Dewey pengalaman adalah
lingkungan yang merangsang organisme untuk memodifikasi lingkungan itu dalam
hubungan timbal balik.
Diakses
pukul 21.28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar