filosofis John Lucke menampilkan perhatiannya
yang begitu besar bagi kondisi natural alam dan manusia. Maksudnya John Lucke
menampilkan sistem pemikiran filosofis yang berbasis pada kondisi natural.
Pemikiran Lucke tentang alam dan manusia ditempatkannya dalam konteks
pengalaman sebagai dasar dari perkembangan hidup manusia.
Locke
mengaskan bahwa tak ada realitas lain yang lebih tinggi dari pada dunia
empiris. Dunia itu berisi kualitas-kualitas primer yang menjadi dasar dan
pembentuk manusia. Tanpa sustratum material yang ada dalam alam, manusia
tak dapat membayangkan adanya kualitas-kualitas sekunder yang ditangkap oleh
pancaindra dan yang direfleksikan oleh akal budi. Tak ada realitas lain yang
lebih tinggi dari pada dunia indrawi. Hal ini berarti, alam menjadi sumber
pengalaman dan pengetahuan manusia. Semua pengetahuan manusia dapat tergantung
pada penglihatan aktualnya dan pengalaman indrawinya dengan obyek-obyek
material. Dalam kontak tersebut, pancaindra menangkap obyek-obyek itu, dan
dengan bantuan akal budinya, obyek-obyek itu dianalisa dan direfleksikan. Oleh
sebab itu, bagi John Locke sendiri, menolak adanya faktifisasi obyek meterial,
identik dengan menyangkan eksistensi pengetahuan.
Pandangan
Locke tentang manusia berangkat dari penolakannya terhadap teori innatisme yang
mengakui adanya ide-ide bawaan dari diri manusia. Ia berpendapat bahwa manusia
tidak dapat menghasilkan pengetahuannya dari dirinya sendiri. Ketika
lahir, manusia bagaikan kertas putih yang baru dan belum terisi. Dalam dirinya
tidak ada ide yang diwariskan oleh Allah, tak ada ide tentang kebenaran moral
dan kebaikan, bahkan
kecenderungan atau kebiasaan-kebiasaan bawaan. Akal budi masih kosong. Namun
dalam situasi yang kosong itu, manusia sadar bahwa ia tidak bisa menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi eksistensinya. Dalam usaha untuk mewujudkan
eksistensinya tersebut, manusia mulai membangun kontak dengan lingkungan
sekitarnya dan membentuk dalam dirinya pengalaman-pengalaman akan setiap obyek
yang dihadapinya. Konsekuensinya, akal budi manusia mulai terisi dan ia menjadi
person yang rasional.
Penolakan
Locke atas ide bawaan mendukung usaha individu dalam kebutuhannya untuk
mendapatkan pengetahuan dari pengalaman. Menurutnya, seorang dapat menjadi budak
atau bebas ditentukan oleh hak-hak kodrati seperti hak hidup, kebebasan dan hak
milik. Dengan
demikian, Locke menampilkan karakter dasar manusia sebagai makhluk rasional dan
moral. Menurut
Locke, secara kodrati manusia itu baik dan tanpa cela. Dalam kondisi alamiahnya
itu, ia menjadi person yang bebas untuk menentukan dirinya dan menggunakan hak
miliknya tanpa tergantung pada kehendak orang lain. Namun
dalam kebebasannya tersebut, manusia harus tinggal dan membentuk satu
masyarakat politis, di mana seluruh anggotanya memiliki hak dan kebebasan yang
sama. Serentak juga ia sadar bahwa semua manusia sama. Dalam kebersamaan
tersebut, mereka mempercayakan kekuasaan kepada penguasa dengan syarat bahwa
hak-hak kodrati itu dihormati oleh penguasa-penguasa tersebut dengan
tujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup.
Sumber: https://leonardoansis.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/filsafat-pendidikan-menurut-john-locke-dan-john-dewey/
Diakses pukul 21.23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar