A.
Tujuan Pendidikan
Dalam
pandangannya tentang filsafat ilmu pengetahuan, Locke mengemukakan tentang
beberapa tujuan dari pendidikan, yakni pertama, pendidikan
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran setiap manusia (bangsa).
Oleh sebab itu, sebagai bagian akhir dari pendidikan, pengetahuan hendaknya
membantu menusia untuk memperoleh kebenaran, keutamaan dan kebijaksanaan hidup. Kedua,pendidikan
juga bertujuan untuk mencapai kecerdasan setiap individu dalam menguasai ilmu
pengetahuan sesuai dengan tingkatannya. Dalam konteks itu, Locke melihat
pengetahuan sebagai usaha untuk memberantas kebodohan dalam hidup masyarakat. Setiap
manusia diarahkan pada usaha untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya. Ketiga, pendidikan juga menyediakan karakter
dasar dari kebutuhan manusia untuk menjadi pribadi yang dewasa dan
bertanggungjawab. Dalam arti ini, pengetahuan dilihat oleh John Locke sebagai
sarana untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang bermoral. Seluruh tingkah
laku diarahkan pada usaha untuk membentuk pribadi manusia yang baik, sesuai
dengan karakter dasar sendiri sejak diciptakan. Keempat,
pendidikan menjadi sarana dan usaha untuk memelihara dan membaharui sistem
pemerintahan yang ada.
B.
Hakekat Pendidikan
Menurut
Locke, seluruh pengetahuan pada hakekatnya berasal dari pengalaman. Apa yang
kita ketahui melalui pengalaman itu bukanlah obyek atau benda yang hendak kita
ketahui itu sendiri, melainkan hanya kesan-kesan pada pancaindra kita. Dalam
bukunya An Essay Concerning Human
Understanding, Locke
berpendapat bahwa ide datang dari dua sumber pengalaman, yaitu pengalaman
lahiria (sensation)
dan pengalaman badaniah (reflektion).
Kedua pengalaman ini saling menjalin. Locke melukiskan bahwa pikiran sebagai
sesuatu lembaran kosong yang menerima segala sesuatu dari pengalaman.
Materi-materi diperoleh secara pasif melalui pancaindra dan dengan aktivitas
pikiran materi-materi itu disusun menjadi suatu jaringan pengetahuan yang
disebutnya sebagai reflection. Materi-materi
yang berada di luar kita menimbulkan di dalam diri kita gagasan-gagasan dari
pengalaman lahiriah. Oleh Locke, gagasan-gagasan ini diberdakan atas
gagasan-gagasan tunggal (simple
ideas) dan gagasan-gagasan majemuk (complex ideas). Gagasan-gagasan tunggal
muncul kepada kita melalui pengalaman, tanpa pengolahan secara logis sedangkan
gagasan-gagasan majemuk timbul dari perpaduan gagasan-gagasan tunggal.
C. Metode Pendidikan
Pada
dasarnya Locke menolak metode pangajaran yang biasa disertai dengan hukuman.
Baginya, tata krama dipelajari melalui teladan dan bahasa dipelajari melalui
kecakapan. Dengan demikian metode yang ditawarkan Locke adalah pelajaran
melalui praktek. Metode harus membawa para murid kepada praktek
aktivitas-aktivitas kesopanan yang ideal sampai mereka menjadi terbiasa. Anak-anak pertama-tama belajar melalui
aktivitas-aktivitas yang dilakukan, baru kemudian tiba pada pengertian atau
pengetahuan atas apa yang ia lakukan.
D.
Kurikulum Inti
John Locke
menegaskan kurikulum harus diarahkan demi kecerdasan individual, kemampuan dan
keistimewaan anak-anak dalam menguasai pengetahuan dan bukan pada pengetahuan
yang biasa diajarkan dengan hukuman yang sewenang-wenang. Kurikulum bagi kaum
miskin hendaknya difokuskan pada ibadat yang teratur demi memperbaiki kehidupan
religius dan moral, pada kerajinan tangan dan ketrampilan pertanian, pada
pendidikan kesenian, dengan suatu maksud bahwa para murid harus belajar
membaca, menulis dan mengerjakan ilmu pasti.
Menurut
Locke perkembangan kepribadian yang baik terdiri dari tiga bagian: kebajikan,
kebijaksanaan dan pendidikan. Pendidikan ini mencakup membaca, menulis dan ilmu
menghitung, bahasa dan kesusastraan, pengetahuan alam, pengetahuan sosial dan
kesenian.Ia juga menekankan studi geografi, aritmatika, astronomi, geometri,
sejarah, etika, dan hukum sipil.
Sumber: https://leonardoansis.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/filsafat-pendidikan-menurut-john-locke-dan-john-dewey/
Diakses pukul 21.20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar