Jumat, 02 Desember 2016

satu perbedaan pelajar dengan buruh

"Di Indonesia ini, perbedaan antara buruh dan pelajar itu hanya satu, yakni buruh dibayar sementara pelajar membayar. Tugas mereka disamakan, begitupula tujuannya"
Di Indonesia ini, perbedaan antara buruh dan pelajar itu hanya satu, yakni buruh dibayar sementara pelajar membayar. Tugas mereka disamakan, begitupula tujuannya. Ibarat Mozart dan Einstein dipersaingkan untuk dinilai keahliannya dalam bidang Fisika. Sistem pendidikan kini yang bahkan pernah terjadi dan terbukti gagal di zaman Plato.
Ujian nasional terbukti gagal. Dari tahun ke-tahun, sudah menjadi rahasia umum bila soal ujian nasional ini bocor. Kegagalan ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang sangat mengapresiasi hasil dibanding proses.

Awalnya dimulai dari sistem pendidikan yang mengajari muridnya belasan mata pelajaran hanya untuk dipersaingkan. Selain itu, orangtua sebagai pendidik utama juga kerap kali mengapresiasi nilai anak tanpa melihat prosesnya. Jadi, apabila nilai anak jelek, ia akan memarahi anaknya terlepas dari seberapa keras usaha sang anak.
Spesialisasi pendidikan harus dimulai sejak awal. Sistem pendidikan di Eropa mulai melakukan hal tersebut. Pendidikan dasar seharusnya mengajari anak bernalar, belajar, sambil bermain, bukan menguasai segala pelajaran seperti pendidikan Indonesia ini.
Seharusnya setiap sekolah diberikan hak untuk membuat beberapa kurikulum untuknya sendiri. Pemerintah tetap memiliki standar kurikulum, namun selanjutnya, biarkan sekolah yg membuat kurikulum sendiri agar persaingan antar sekolah semakin ketat dalam memproduksi murid yang cerdas. Tentu hal ini akan sangat membantu karena sekolah itulah yang paham kondisi sosial dan pendidikan yang dibutuhkan siswa disekitarnya.
Di Finlandia, guru dilarang memberikan pekerjaan rumah pada siswa sebelum ia berusia 16 tahun. Terbukti negara Finlandia menjadi negara dengan pendidikan terbaik sedunia. Di Jerman, siswa setingkat SMK tak diajari pelajaran yang tidak berhubungan dengan kemampuan siswa. Di Indonesia, siswa SMK tetap diajari untuk mempelajari pelajaran yang tak ada hubungannya sama sekali dengan jurusannya.
Kita mampu melakukan segala hal, namun tak ada satupun yang kita kuasai hingga muncul istilah “Asians;Jack of all trades, master of none”. Sudah saatnya pendidikan kita dibenahi. Tidak hanya menghapus ujian nasional, namun juga merombak sistem dari awal. Kita perlu revolusi pendidikan.
Menteri pendidikan seharusnya memiliki penasihat yang terdiri dari beberapa Profesor visioner. Selama pendidikan Indonesia masih seperti ini, pendidikan kita tidak akan maju. 20% APBN yang digunakan untuk pendidikan akan menjadi sia-sia.
“Semua orang itu cerdas, namun bila engkau menilai ikan dari kemampuannya untuk memanjat, selamanya kau akan mempercayai bahwa ikan itu bodoh”, ujar Einstein"
Itulah mengapa menteri pendidikan harus berpikir maju dan terbuka. Orangtua juga perlu terlibat sebagai apresiator. Ubah kebiasaan apresiasi hasil daripada proses, karena dari sinilah mulainya akar korupsi dan kecurangan lainnya.
Seperti ucapan Ki Hajar Dewantara “Anak-anak hidup sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Negara tidak berhak menbandingkan kecakapan murid yang satu dengan lainnya. “Semua orang itu cerdas, namun bila engkau menilai ikan dari kemampuannya untuk memanjat, selamanya kau akan mempercayai bahwa ikan itu bodoh”, ujar Einstein.
Indonesia perlu merevolusi pendidikan karena pendidikan merupakan pondasi dasar kehidupan negara untuk menciptakan rakyat egaliter, jujur, sehat, cerdas, dan jauh dari kemiskinan.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Tidak seperti BBM, pendidikan akan terus beregenerasi menciptakan hal baru. Inilah mengapa pendidikan Indonesia amat penting untuk dibenahi.

Oleh M. Husein Ali

Dikses pada pukul  19.49 WIB 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar