"Di Indonesia ini, perbedaan antara buruh dan pelajar itu hanya satu,
yakni buruh dibayar sementara pelajar membayar. Tugas mereka disamakan,
begitupula tujuannya"
Di Indonesia ini, perbedaan antara buruh dan pelajar itu hanya satu, yakni
buruh dibayar sementara pelajar membayar. Tugas mereka disamakan, begitupula
tujuannya. Ibarat Mozart dan Einstein dipersaingkan untuk dinilai keahliannya
dalam bidang Fisika. Sistem pendidikan kini yang bahkan pernah terjadi dan
terbukti gagal di zaman Plato.
Ujian nasional terbukti gagal. Dari tahun ke-tahun, sudah menjadi rahasia
umum bila soal ujian nasional ini bocor. Kegagalan ini disebabkan oleh sistem
pendidikan yang sangat mengapresiasi hasil dibanding proses.
Awalnya dimulai dari sistem pendidikan yang mengajari muridnya belasan mata
pelajaran hanya untuk dipersaingkan. Selain itu, orangtua sebagai pendidik
utama juga kerap kali mengapresiasi nilai anak tanpa melihat prosesnya. Jadi,
apabila nilai anak jelek, ia akan memarahi anaknya terlepas dari seberapa keras
usaha sang anak.
Spesialisasi pendidikan harus dimulai sejak awal. Sistem pendidikan di
Eropa mulai melakukan hal tersebut. Pendidikan dasar seharusnya mengajari anak
bernalar, belajar, sambil bermain, bukan menguasai segala pelajaran seperti
pendidikan Indonesia ini.
Seharusnya setiap sekolah diberikan hak untuk membuat beberapa kurikulum
untuknya sendiri. Pemerintah tetap memiliki standar kurikulum, namun
selanjutnya, biarkan sekolah yg membuat kurikulum sendiri agar persaingan antar
sekolah semakin ketat dalam memproduksi murid yang cerdas. Tentu hal ini akan
sangat membantu karena sekolah itulah yang paham kondisi sosial dan pendidikan
yang dibutuhkan siswa disekitarnya.
Di Finlandia, guru dilarang memberikan pekerjaan rumah pada siswa sebelum
ia berusia 16 tahun. Terbukti negara Finlandia menjadi negara dengan pendidikan
terbaik sedunia. Di Jerman, siswa setingkat SMK tak diajari pelajaran yang
tidak berhubungan dengan kemampuan siswa. Di Indonesia, siswa SMK tetap diajari
untuk mempelajari pelajaran yang tak ada hubungannya sama sekali dengan
jurusannya.
Kita mampu melakukan segala hal, namun tak ada satupun yang kita kuasai
hingga muncul istilah “Asians;Jack of all trades, master of none”. Sudah
saatnya pendidikan kita dibenahi. Tidak hanya menghapus ujian nasional, namun
juga merombak sistem dari awal. Kita perlu revolusi pendidikan.
Menteri pendidikan seharusnya memiliki penasihat yang terdiri dari beberapa
Profesor visioner. Selama pendidikan Indonesia masih seperti ini, pendidikan
kita tidak akan maju. 20% APBN yang digunakan untuk pendidikan akan menjadi
sia-sia.
“Semua orang itu cerdas, namun bila engkau menilai ikan dari kemampuannya
untuk memanjat, selamanya kau akan mempercayai bahwa ikan itu bodoh”, ujar
Einstein"
Itulah mengapa menteri pendidikan harus berpikir maju dan terbuka. Orangtua
juga perlu terlibat sebagai apresiator. Ubah kebiasaan apresiasi hasil daripada
proses, karena dari sinilah mulainya akar korupsi dan kecurangan lainnya.
Seperti ucapan Ki Hajar Dewantara “Anak-anak hidup sesuai kodratnya
sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”.
Negara tidak berhak menbandingkan kecakapan murid yang satu dengan lainnya. “Semua
orang itu cerdas, namun bila engkau menilai ikan dari kemampuannya untuk
memanjat, selamanya kau akan mempercayai bahwa ikan itu bodoh”, ujar Einstein.
Indonesia perlu merevolusi pendidikan karena pendidikan merupakan pondasi
dasar kehidupan negara untuk menciptakan rakyat egaliter, jujur, sehat, cerdas,
dan jauh dari kemiskinan.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Tidak seperti BBM, pendidikan
akan terus beregenerasi menciptakan hal baru. Inilah mengapa pendidikan
Indonesia amat penting untuk dibenahi.
Oleh M. Husein Ali
Dikses pada pukul 19.49 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar