Jumat, 02 Desember 2016

SEKOLAH KEJURUAN AMAT SANGAT KURANG.


Kesalahan fatal berikutnya adalah terlalu banyaknya sekolah umum mata pelajaran tulis baca,hitung, hafal dan test tertulis dan kurang amat sangat sekolah ketrampilan, keahlian khusus, kerajinan rakyat dan keterlatihan aktivitas fisik mentality. Padahal ini negara amat sangat kurang manusia-manusia berketrampilan tekhnik dan specifict, malahan yang lebih dibudidayakan adalah manusia-manusia kalimat yg sibuk merangkai rangkai huruf.. Salah satu sebab keadaan negara saat ini yg limbung adalah manusianya yg tidak bisa menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, tidak tahu apa yg akan dilakukan dgn ijazah tulisbacanya. Alhasil negara perlu uluran tangan tekhnisi asing, perlu intervensi LSM asing dan bergantung pada kemurahhatian inversor asing dlm membenahi ekonomi sosial Negara. Gimana bisa menerapkan ekonomi kerakyatan berbasis bangsa sendiri kalau sistem pendidikan hanya mencetak lulusan tulisbaca?. Gimana bisa membangun ekonomi politik mandiri jika sekolah kita menghasilkan lulusan gerilyawan pemburu mejakursi kantoran bukannya lulusan pencipta kerja?. Bagaimana bisa keluar dari krisis kalau bangsa ini hanya ditempa duduk, dengar, tulis,hafal dan test tulisan?.
Padahal ini negara lebih butuh action dan acting yg penuh aktivitas kreatif inovatif dalam gerak dan aktivitas berkarya menghasilkan produk-produk bersaing dan penemuan-penemuan ilmiah demi bisa eksisnya bangsa ini dari tantangan kapitalisme neoliberal yang siap mencengkram ekonomipolitik negara.. Padahal negara butuh devisa yang dihasilkan dari eksport produk-produk unggulan tangan-tangan kreatif bangsa demi bisa membayar hutang yg 1300trilyun. Padahal negara perlu keluar dari jeratan spekulan dan monopolist asing demi meningkatkan nilai tukar rupiah yang terpuruk akibat tidak adanya kecukupan devisa hasil eksport.. Padahal sumberdaya alam andalan makin tipis, minyak makin terkuras, hutang makin rata, binatang punah, emas timah tembaga menipis. Dan negara butuh lampu aladin plus kemurah-hatian investor asing untuk bersedia bawa devisa dan menanam modal dinegeri 1001 problema ini.
Jadi segala kekeliruan dan kesalahan sistem pendidikan kita itulah salah satu penyebab dari keterpurukan bangsa ini. Kita tidak menyiapkan lulusan untuk menciptakan ruang kerja malahan menduplikatkan jutaan tukang-tukang hafal kalimat mati tanpa imajinasi dan kaliamat-kalimat yang dibenamkan kedalam neuron hipokampus hipotalamus telah berubah jadi mantera rapalan-rapalan penting supaya bisa sakti ketika masuk ruang ujian kelas, semester maupun ujian nasional.
Kelulusan dinilai dari seberapa mampunya kita mengeluarkan isi otak bukannya seberapa mampunya kita beraktivitas menghasilkan prakarya kerajinan dan kemahiran ketrampilan.
Jadi kalau masih bersandarkan pada sistem tulisbaca dan Departemen Pendidikan tidak juga sadar akan kekeliruan kebijakan,
Artinya Departemen ini telah berhasil mencetak manusia duduk dan rapal mantera-mantera kalimat pelajaran, dimana kita telah dilatih duduk 4-5jam sehari dalam ruang kelas dan ditempa berkonsentrasi pada layar papan tulis yang lalu berevolusi jadi terduduk didepan TV secara berjamaah sepulang sekolah dan terduduk dipersimpangan dipinggir jalan, terduduk disegala pusat gerombolan dan terduduk menerima kekalahan dan kekalahan, termasuk terduduk lesu dalam menghadapi krisis berlanjut.. Sementara sistem rapal mantera kalimat-kalimat sakti pelajaran digiatkan dengan test tertulis dan standart nilai minimum dengan istilah canggih yaitu: COMPETENCY BASED CURRICULUM.
Kekeliruan sistem pendidikan kita telah mengakibatkan kematian kreatifitas, kelumpuhan inovasi,Kelambanan, kemalasan,ketidakmampuan berfikir,penjiplakan plagiat,pembajakan hak cipta dan keterdudukan dari malapetaka.
Segera robah haluan sistem pendidikan keliru atau bangsa ini akan makin meratapi nasibnya.
SangRevolusioner Pendidikan alam terkembang jadikan guru (pepatah melayu Minang), Ibrahim AS, Plato, Aristoteles,Ibnu Sina, Ibn Rusyid, Al Kindi, Descartes, John Locke, Galileo, Leonardo Da Vinci, Isac newton, Louis Pasteur, Mendel, Wright bersaudara, Alfa Edison, Colombus, Ibn Batuttah, Magelhens, Alexander the Great dst adalah manusia-manusia yang belajar dari alam lingkungan, belajar dari alam kemasyarakatan, belajar dari alam imajinasi bukan dari pelajaran teks-teks terkembang, dan mereka membentuk baru tulisan, merobah, memperbarui dan menciptakan tulisan ilmiah dan merevolusi ilmu pengetahuan.

Sumber: https://hariharihariyadi.wordpress.com/2008/05/12/kekeliruan-dan-kesalahan-fatal-dari-dunia-pendidikan-indonesia/
Diakses tanggal 02 Desember 2016 pada pukul 20.16 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar