Kesalahan fatal berikutnya
adalah terlalu banyaknya sekolah umum mata pelajaran tulis baca,hitung, hafal
dan test tertulis dan kurang amat sangat sekolah ketrampilan, keahlian khusus,
kerajinan rakyat dan keterlatihan aktivitas fisik mentality. Padahal ini negara
amat sangat kurang manusia-manusia berketrampilan tekhnik dan specifict, malahan
yang lebih dibudidayakan adalah manusia-manusia kalimat yg sibuk merangkai
rangkai huruf.. Salah satu sebab keadaan negara saat ini yg limbung adalah
manusianya yg tidak bisa menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, tidak tahu
apa yg akan dilakukan dgn ijazah tulisbacanya. Alhasil negara perlu uluran
tangan tekhnisi asing, perlu intervensi LSM asing dan bergantung pada
kemurahhatian inversor asing dlm membenahi ekonomi sosial Negara. Gimana bisa
menerapkan ekonomi kerakyatan berbasis bangsa sendiri kalau sistem pendidikan
hanya mencetak lulusan tulisbaca?. Gimana bisa membangun ekonomi politik
mandiri jika sekolah kita menghasilkan lulusan gerilyawan pemburu mejakursi
kantoran bukannya lulusan pencipta kerja?. Bagaimana bisa keluar dari krisis
kalau bangsa ini hanya ditempa duduk, dengar, tulis,hafal dan test tulisan?.
Padahal ini negara lebih butuh action dan acting yg penuh aktivitas kreatif
inovatif dalam gerak dan aktivitas berkarya menghasilkan produk-produk bersaing
dan penemuan-penemuan ilmiah demi bisa eksisnya bangsa ini dari tantangan
kapitalisme neoliberal yang siap mencengkram ekonomipolitik negara.. Padahal
negara butuh devisa yang dihasilkan dari eksport produk-produk unggulan
tangan-tangan kreatif bangsa demi bisa membayar hutang yg 1300trilyun. Padahal
negara perlu keluar dari jeratan spekulan dan monopolist asing demi
meningkatkan nilai tukar rupiah yang terpuruk akibat tidak adanya kecukupan
devisa hasil eksport.. Padahal sumberdaya alam andalan makin tipis, minyak
makin terkuras, hutang makin rata, binatang punah, emas timah tembaga menipis.
Dan negara butuh lampu aladin plus kemurah-hatian investor asing untuk bersedia
bawa devisa dan menanam modal dinegeri 1001 problema ini.
Jadi segala kekeliruan dan
kesalahan sistem pendidikan kita itulah salah satu penyebab dari keterpurukan
bangsa ini. Kita tidak menyiapkan lulusan untuk menciptakan ruang kerja malahan
menduplikatkan jutaan tukang-tukang hafal kalimat mati tanpa imajinasi dan
kaliamat-kalimat yang dibenamkan kedalam neuron hipokampus hipotalamus telah
berubah jadi mantera rapalan-rapalan penting supaya bisa sakti ketika masuk
ruang ujian kelas, semester maupun ujian nasional.
Kelulusan dinilai dari seberapa
mampunya kita mengeluarkan isi otak bukannya seberapa mampunya kita
beraktivitas menghasilkan prakarya kerajinan dan kemahiran ketrampilan.
Jadi kalau masih bersandarkan pada sistem tulisbaca dan Departemen
Pendidikan tidak juga sadar akan kekeliruan kebijakan,
Artinya Departemen ini telah
berhasil mencetak manusia duduk dan rapal mantera-mantera kalimat pelajaran,
dimana kita telah dilatih duduk 4-5jam sehari dalam ruang kelas dan ditempa
berkonsentrasi pada layar papan tulis yang lalu berevolusi jadi terduduk
didepan TV secara berjamaah sepulang sekolah dan terduduk dipersimpangan
dipinggir jalan, terduduk disegala pusat gerombolan dan terduduk menerima
kekalahan dan kekalahan, termasuk terduduk lesu dalam menghadapi krisis
berlanjut.. Sementara sistem rapal mantera kalimat-kalimat sakti pelajaran
digiatkan dengan test tertulis dan standart nilai minimum dengan istilah
canggih yaitu: COMPETENCY BASED CURRICULUM.
Kekeliruan sistem pendidikan
kita telah mengakibatkan kematian kreatifitas, kelumpuhan inovasi,Kelambanan,
kemalasan,ketidakmampuan berfikir,penjiplakan plagiat,pembajakan hak cipta dan
keterdudukan dari malapetaka.
Segera robah haluan sistem
pendidikan keliru atau bangsa ini akan makin meratapi nasibnya.
SangRevolusioner Pendidikan alam terkembang jadikan guru (pepatah melayu Minang),
Ibrahim AS, Plato, Aristoteles,Ibnu Sina, Ibn Rusyid, Al Kindi, Descartes, John
Locke, Galileo, Leonardo Da Vinci, Isac newton, Louis Pasteur, Mendel, Wright
bersaudara, Alfa Edison, Colombus, Ibn Batuttah, Magelhens, Alexander the Great
dst adalah manusia-manusia yang belajar dari alam lingkungan, belajar dari alam
kemasyarakatan, belajar dari alam imajinasi bukan dari pelajaran teks-teks
terkembang, dan mereka membentuk baru tulisan, merobah, memperbarui dan
menciptakan tulisan ilmiah dan merevolusi ilmu pengetahuan.
Sumber: https://hariharihariyadi.wordpress.com/2008/05/12/kekeliruan-dan-kesalahan-fatal-dari-dunia-pendidikan-indonesia/
Diakses tanggal 02 Desember
2016 pada pukul 20.16 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar